Berita Denpasar
Musim Penghujan, DLHK Denpasar Gencarkan Program Biopori, Sudah Ada 1000 Titik Biopori
Musim penghujan memberikan dampak berupa terjadinya genangan di beberapa titik. Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut, DLHK Kota Denpasar
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Musim penghujan memberikan dampak berupa terjadinya genangan di beberapa titik.
Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut, DLHK Kota Denpasar menggencarkan program biopori.
Untuk memastikan seluruh biopori berfungsi baik sebagai resapan air, DLHK Kota Denpasar juga melakukan monitoring ke beberapa instansi termasuk sekolah.
Baca juga: Selama 2 Hari, BPBD Denpasar Total Tangkap 6 Ular yang Masuk Rumah Warga
Baca juga: Terbentur Waktu, Sosialisasi PPKM di Denpasar Hanya Dilaksanakan Dua Hari
Baca juga: Gianyar, Tabanan, dan Klungkung Ikut PKM
Plt. Kadis DLHK Kota Denpasar, IB Putra Wirabawa mengatakan kegiatan ini merupakan penerapan Perwali Nomor 18 Tahun 2010 tentang pemanfaatan air hujan dan pengolahan sampah organik menjadi kompos dalam skala rumah tangga, kantor dan sekolah.
“Kita berupaya melakukan gerakan bersama pengurangan sampah yang salah satunya dgn mengoptimalkan fungsi lubang biopori yang terdapat di kantor, sekolah atau rumah tangga,” katanya, Sabtu (9/1/2021).
Wirabawa mengatakan kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan memisahkan sampah organik dan anorganik.
Baca juga: Kerobokan Banjir Setinggi Setengah Meter, Aliran Sungai dan Got Meluap Akibat Hujan Lebat
Baca juga: Tiga Bencana Alam Terjadi di Tabanan Karena Hujan Deras
Sampah organik dapat dimasukkan ke lubang biopori yang nantinya dapat menjadi kompos secara otomatis.
“Jadi ada dua fungsi, selain sebagai resapan air hujan juga dapat menjadi tempat komposting alami,” katanya.
Ia mengatakan bahwa rata-rata biopori yang jumlahnya lebih dari 1.000 titik yang tersebar di kawasan perkantoran, ruang publik dan sekolah di Kota Denpasar ini masih berfungsi dengan baik.
Namun, diperlukan perawatan serta pembersihan terhadap sedimentasi di saluran air.
Sehingga saat hujan lebat tidak menimbulkan genangan.
“Selain Monev rutin, kami juga bekerja sama dengan pengelola untuk ikut andil melaksanakan perawatan dan pembersihan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut ia juga mengajak masyarakat untuk ikut menerapkan sistem biopori di rumah tangga.
Selain itu, pola pemilahan sampah di rumah tangga atau di sumbernya juga penting dilaksanakan.
“Marilah kita ikut andil menjaga lingkungan dengan memisahkan sampah sebelum dibuang ke tempat sampah, hal ini dapat dilaksanakan di kantor pemerintahan, sekolah dan yang terpenting adalah rumah tangga,” ajaknya. (*)