Serba Serbi

Sad Ripu dan Cara Menghilangkannya Dalam Hindu

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti menjelaskan cara untuk menghilangkan Sad Ripu

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti. Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti menjelaskan cara untuk menghilangkan Sad Ripu. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sad Ripu berasal dari kata Sad yang berarti enam dan Ripu berarti musuh.

Adapun bagian-bagian dari Sad Ripu, yaitu kama atau hawa nafsu, lobha atau rakus, kroda atau marah, mada atau mabuk, matsarya atau iri hati, dan moha atau bingung.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, menjelaskan cara untuk menghilangkan Sad Ripu adalah dengan mesangih atau potong gigi atau juga metatah.

"Sebab mesangih erat kaitannya dengan menghilangkan Sad Ripu pada diri seseorang. Sad Ripu adalah enam musuh manusia, yang harus dihilangkan dalam diri seseorang," jelas ida rsi beberapa waktu lalu.

Baca juga: Layaknya Orang Mati, Ini Esensi Mesangih Dalam Ajaran Hindu di Bali 

Baca juga: Wawali Jaya Negara Jadi Sangging Upacara Metatah Massal di Yayasan Natar Agung LapLap

Sehingga dalam proses potong gigi itu memberikan pendidikan kepada anak-anak tentang pentingnya potong gigi dan mengalahkan musuh dalam diri.

Makanya mesangih dianggap keramat, dan yang mesangih tidak boleh keluar rumah sampai upacara selesai dan diperbolehkan keluar rumah.

Mesangih adalah bagian dalam upacara Manusa Yadnya dalam agama Hindu di Bali.

Sebab jika tidak demikian, dipercayai bahwa Sad Ripu akan menguasai diri seseorang dan membuatnya menjadi bingung.

Dikuasai oleh nafsu duniawi dan keburukan lainnya.

Sehingga mesangih menjadi kewajiban umat Hindu, khususnya setelah memasuki masa akil balik.

Ia menceritakan, di Bali ditemukan peninggalan purbakala di Gilimanuk.

Bahwa di sana peninggalan tersebut ditemukan dengan gigi yang rata.

Ada pula mitos dan cerita yang berhubungan dengan mesangih dalam konsep purana.

“Jadi ada cerita, bahwa Bhatara Kala ingin bertemu ayahnya Dewa Siwa. Namun sang dewa meminta Bhatara Kala untuk memotong taringnya,” sebut beliau. 

Baca juga: Rai Mantra dan Jaya Negara Nyanggingin Serangkaian Metatah Massal di Pura Taman Sari, Kepaon

Baca juga: Jero Made Bayu Gendeng: Ada Energi Kuat yang Melindungi Bali

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved