Serba Serbi

Ini Makna dan Pentingnya Ngulapin Dalam Agama Hindu, Jangan Lewat 3 Hari

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, menegaskan bahwa jika ada yang meninggal. Maka sepatutnya sebelum lewat tiga hari,

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
prosesi kremasi di Pura Dalem Batubulan 

Maka ada yang disebut dengan tulung sayut, untuk memohon agar roh mendapat pertolongan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kemudian dalam kasus ibu yang keguguran, atau tanpa sengaja kehilangan bayinya. Maka harus dilakukan upacara ngelangkir warak keruron.

 “Dahulu di pasraman kami, sudah melakukan upacara ini sekitar 3-4 kali. Namun karena pandemi, akhirnya belum bisa lagi sekarang,” imbuh pendiri dan pembina Pasraman Bhuwana Dharma Shanti ini.

Beliau menjelaskan sebelum tahun 1970an, orang yang keguguran maka dianggap belum lahir menjadi manusia.

 “Di dalam lontar disebutkan bahwa orang yang meninggal sebelum kepus puser, tidak perlu diupacarai dan tidak ada sebel,” jelas beliau.

 Dahulu hanya diberi canang dan dikubur saja. Namun mungkin karena fenomena dunia ini, yang telah kotor dan lain sebagainya sehingga orang keguguran pun turut memberikan dampak negatif terhadap keluarganya.

Banyak yang sering ada kehilangan, pertengakaran, bahkan tidak punya anak dikeluarganya.

Namun dalam lontar memang belum disebutkan bahwa bayi yang keguguran, harus diupacarai layaknya orang hidup.

Namun beliau menjelaskan, dengan fenomena banyaknya kejadian akibat keguguran maka dibuatkanlah upacara ngelangkir bagi bayi yang belum kepus pungset.

Artinya dari sudah menjadi embrio, namun belum lahir ke dunia menjadi bayi. Sementara ibunya diupacarai dengan istilah warak keruron upacaranya.

“Artinya membersihkan anak itu, agar anak itu tidak menjadi bhuta cuil karena itu kan sudah berupa roh,” tegas beliau. Dalam upacara ini pun, kata beliau, tetap yang pertama harus ngulapin.

“Upacara bisa dilangsungkan di pinggir pantai, setelah bayinya kemudian baru melakukan upacara pembersihan kepada ibunya,” kata ida rsi.

 Kemudian pembersihan kepada bayi ini, tidak perlu ada upacara ngalinggihang.

Hanya sampai di ngelangkir warak keruron saja. Sebab anak yang belum lahir itu masih dianggap dewa. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved