Bentrok Pecah di Myanmar, Demonstran Pendukung Aung San Suu Kyi Beraksi Hingga Berujung Penembakan
Bahkan polisi memilih tindak kekerasaan saat membubarkan demonstran hingga berujung penembakan.
TRIBUN-BALI.COM, YANGON — Bentrok di Myanmar pecah setelah polisi turun tangan dan demonstran penentang kudeta militer beraksi, Selasa (9/2/2021).
Dilaporkan oleh Reuters pada Rabu 10 Februari 2021, polisi bersikap respresif terhadap demonstran yang menolak pengambil-alihan kekuasaan dari pemerintahan yang sah di bawah Aung San Suu Kyi.
Bahkan polisi memilih tindak kekerasaan saat membubarkan demonstran hingga berujung penembakan.
Seorang dokter mengatakan satu wanita mengalami luka tembak di bagian kepala.
Dokter tersebut mengatakan wanita itu sedang kritis dan tidak mungkin selamat.
• Aung San Suu Kyi Dituntut Militer Myanmar atas Kepemilikan Walkie Talkie
Tiga orang lainnya sedang dirawat karena luka akibat tertembak peluru karet yang diduga terjadi setelah polisi menembak pendemo.
Kejadian ini terjadi setelah sebelumnya polisi menembakkan meriam air untuk mencoba membubarkan demonstran di ibukota Naypyitaw.
• Kudeta Militer Terhadap Pemerintahan Aung San Suu Kyi di Myanmar, Apa Dampaknya Bagi Indonesia?
Televisi pemerintah melaporkan korban luka-luka juga ada di pihak polisi selama upaya mereka untuk membubarkan demonstran.
Laporan ini membenarkan terjadinya bentokan keras antara polisi dan demonstran di negara itu.
Insiden ini menandai pertumpahan darah pertama sejak militer, yang dipimpin oleh panglima angkatan bersenjata Jenderal Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintahan Suu Kyi yang baru terpilih pada 1 Februari dan menahannya bersama politisi lain dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Militer menuduh bahwa NLD menang dengan kecurangan - tuduhan yang dibantah oleh komite pemilihan umum.
Pada Selasa (9/2/2021) malam, polisi di Myanmar melakukan penggerebekan di markas NLD di Yangon, kata dua anggota parlemen NLD terpilih.
Penggerebekan dilakukan oleh belasan personel polisi, yang memaksa masuk ke kantor NLD.
Demonstrasi ini adalah yang terbesar di Myanmar selama lebih dari satu dekade, menghidupkan kembali kenangan hampir setengah abad lalu ketika pemerintahan militer melakukan tindakan represif dalam pemberontakan berdarah sampai militer memulai proses penarikan diri dari politik sipil pada tahun 2011.