Sejarah Etnis Tionghoa di Kawasan Gajah Mada Denpasar, Datang Saat Masa Penjajahan Belanda

Hampir 101 tahun etnis Tionghoa telah menempati wilayah sekitaran Jalan Gajah Mada Denpasar, Bali.

Dok Tribun Bali/Cisilia Agustina S
Kedai Kopi Bhineka Djaja di Jalan Gajah Mada, Denpasar, Bali. 

Saat pindah dari Kuta, orangtuanya membawa hasil bumi ke Gajah Mada, mulai dari kopra, bawang putih, juga kedelai.

Ia pun menuturkan, saat awal perkembangannya, wilayah Jalan Gunung Agung merupakan persawahan.

Orangtuanya pun sangat dekat dengan Puri Pemecutan kala itu.

“Jadi Jalan Gunung Agung ada daerah padi tapi tidak ada tempat mau dibawa ke mana. Orang tua saya lalu mendirikan pabrik beras di sana. Besar sekali, tapi kurang dari 1 hektar. Lalu dibuatlah jalan yang disumbangkan oleh Cokorda Pemecutan. Orangtua saya sama raja baik sekali, waktu itu sama Cokorda Gembrong,” tuturnya.

Ia pun menuturkan bahawa kala itu, di kiri dan kanan Jalan Gunung Agung selalu mengepul asap pembakaran sekam padi.

Sementara itu, di kawasan Jalan Gajah Mada hingga Kartini berkembang pertokoan milik etnis Tionghoa.

Ada ciri khas dari masing-masing suku yang menempati wilayah ini, dimana Suku Kek kebanyakan memiliki toko kelontong.

Sementara Suku Hokkian, dan Suku Tiociu kebanyakan memiliki penghasilan dari hasil bumi.

Ia pun menyebut bahwa Suku Kek merupakan orang pintar dan banyak juga yang menjadi guru.

Bahkan menurut pengakuannya, orangtuanya memiliki 6 toko di kawasan Jalan Kartini.

Namun setelah Jepang datang, semua toko miliknya diambil oleh Jepang.

“Jepang datang, Jepang yang pakai dan kita tidak pernah menikmati rumah-rumah di sana (Jalan Kartini). Saya ingat waktu itu, karyawan orang tua saya semua pernah ditempeleng Jepang karena tidak memberi hormat,” kenangnya.

Etnis Tionghoa di Kawasan Gajah Mada mengalami masa kejayaan tahun 1940 sampai tahun 1950-an.

Di mana mayoritas kawasan ini menjadi tempat tinggal warga etnis Tionghoa termasuk usaha mereka.

Namun yang unik, menurut Tio, antara Pasar Badung dan etnis Tionghoa yang berjualan di kawasan Gajah Mada maupun Kartini tak pernah ada persaingan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved