Sejarah Etnis Tionghoa di Kawasan Gajah Mada Denpasar, Datang Saat Masa Penjajahan Belanda
Hampir 101 tahun etnis Tionghoa telah menempati wilayah sekitaran Jalan Gajah Mada Denpasar, Bali.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tio mengaku, walaupun ia dilahirkan di China namun kini ia tak memiliki keinginan untuk kembali menetap di China.
“Saya sudah jadi orang Indonesia jadi selamanya mau di sini. Dulu saya dilahirkan tahun 1934 di China saat orang tua saya pulang ke sana. Lalu saya diajak ke sini lagi,” akunya.
Hingga kini, sudah 6 generasi dari keluarganya yang menetap di Jalan Gajah Mada, dimana dirinya merupakan generasi kedua.
Sementara itu, ia juga memiliki seorang menantu yang bernama Jero Gede Kuning yang juga mendirikan Kelenteng Sing Bie.
Dimana di Kelenteng ini menganut ajaran Siwa Budha yang sangat kental dengan budaya Balinya.
Di kelenteng ini terdapat beberapa arca baik Dewi Kwan In, Budha, maupun Dewa dalam kepercayaan Hindu.
“Kelenteng ini dibangun tahun 2007 dan selesai dalam waktu 2.5 bulan saja. Saya tidak menyangka bagaimana prosesnya kok orang dari Bandung ke sini membantu, jadi saya membuat ini atas seijin dari mertua saya,” katanya.
Kelenteng ini memiliki ukuran 7 x 10 meter dan berada di Jalan Kartini Gang II.
Setiap Saraswati, dilaksanakan odalan di Kelenteng ini.
“Semua arca di sini tidak pernah dibeli, namun umat yang datang membawa ke sini. Seperti sudah ada yang mengatur,” katanya.
Banyak umat dari luar negeri yang datang ke Kelenteng ini, baik dari Cina, Jepang hingga Perancis.
“Biasanya enam bulan sekali datang mereka. Kebanyakan dari Perancis yang khusus datang ke Bali. Namun karena Covid-19 jadinya tidak bisa lagi datang ke sini,” katanya. (*)