Jejak Hindu di Candi Prambanan, Ari Dwipayana: Pelestarian dan Ritual Tak Perlu Dikontraskan
Candi Prambanan merupakan mahakarya yang bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia. Hal ini disampaikan oleh AAGN Ari Dwipayana dalam webinar
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Lebih lanjut, pria asli Puri Kauhan Ubud ini, menekankan bahwa antara kepentingan pelestarian cagar budaya dengan pemanfaatan untuk ibadah dan ritual tidak perlu dikontraskan.
Karena dengan pemanfaatan candi untuk kepentingan agama dan ritual maka Candi Prambanan akan diperlakukan dengan penuh respect, penghormatan dan pemuliaan, bukan merusak.
Karena itu, menurut Ari Dwipayana, umat Hindu perlu diberi ruang yang lebih leluasa dalam pemanfaatan Candi Prambanan untuk kepentingan ibadah dan ritual.
Apalagi hal ini dimungkinkan oleh UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
"Untuk itu, diperlukan pengaturan, tata kelola, dan edukasi agar kepentingan agama dan pelestarian cagar budaya bisa terjaga," tegasnya.
Ari Dwipayana juga mengingatkan bahwa Candi Prambanan bisa menjadi sumber edukasi pembangunan karakter bangsa.
Kedatangan pengunjung ke candi seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, mengenai nilai-nilai keutamaan bangsa.
Bahkan Ari mengusulkan materi pembelajaran tentang Candi di sekolah-sekolah harusnya lebih menekan soal nilai-nilai yang bisa diambil inspirasinya dari
candi.
Bukan sekadar hanya memperlihatkan bahwa candi itu sebagai situs sejarah saja.
Selain itu untuk bisa diterima generasi muda, maka pengenalan tentang nilai-nilai utama dari candi seharusnya dilakukan dengan cara kekinian yang menarik perhatian kalangan millenial.
Ari Dwipayana juga menyampaikan bahwa Candi Prambanan bisa bermanfaat sebagai sumber kesejahteraan ekonomi bangsa dan masyarakat.
Hal ini bisa dilakukan melalui pengembangan quality tourism yang lebih apresiasi pada budaya, sejarah (heritage) dan juga lingkungan.
Apalagi dengan mendapatkan momentum dari tren baru dalam dunia pariwisata, di mana dunia menekankan wealness tourism dan quality tourism.
"Wisatawan kini lebih menekankan soal kesehatan, kualitas, pengalaman dan pembelajaran yang diperolehnya dalam perjalanan wisata," sebutnya.
Dengan pengembangan pariwisata heritage maka diharapkan agar memberikan nilai tambah pada masyarakat sekitar terutama membuka lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Webinar ini diselenggarakan atas kerja sama Dosen Hindu Indonesia, Ditjen Bimas Hindu Kemenag, PHDI, Prajaniti, ICHI, WHDI, KMHDI, Peradah Indonesia, PSN, dan Pandu Nusa. (*)