Berita Bangli
Dampak Fenomena Upwelling, Kematian Ikan di Danau Batur Bali Mencapai 14,3 Ton
Fenomena semburan belerang yang terjadi di Danau Batur, Kintamani beberapa hari lalu, kini telah menimbulkan dampak.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Fenomena semburan belerang yang terjadi di Danau Batur, Kintamani beberapa hari lalu, kini telah menimbulkan dampak.
Belasan ton ikan nila diketahui mati, sehingga menimbulkan kerugian bagi para pembudidaya ikan disekitar.
Diketahui semburan belerang di Danau Batur terjadi pada hari Minggu (28 Februari 2021) bertepatan dengan cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang yang terjadi di wilayah sekitar.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma menjelaskan fenomena ini disebut juga upwelling.
Baca juga: Warna Air Danau Batur Berangsur Normal, Ikan-ikan di Danau Batur Terlihat Tenang
Baca juga: Air Danau Batur Berubah Warna, Pihak Dinas PKP Bangli Sudah Ambil Sampel di Tiga Titik
Ini merupakan pertukaran (sirkulasi) air di permukaan dengan di dasar Danau Batur yang disebabkan arus angin.
“Peristiwa ini disamping ditandai air danau menjadi kehijauan, juga sering diiringi dengan semburan belerang di beberapa titik,” jelasnya Kamis (4 Maret 2021).
Lebih lanjut dikatakan, upwelling merupakan peristiwa tahunan, serta umum terjadi pada semua danau alam (vulkanik).
Biasanya, peristiwa ini terjadi setahun dua kali, yakni pada bulan Januari sampai Maret dan dari Juli sampai Agustus.
Sementara dampak dari peristiwa tersebut, sesuai pencatatan pihaknya sejak dua hari lalu, diketahui total ikan yang mati sebanyak 14,3 ton.
Jumlah tersebut tercatat dari 28 pemilik kuramba jaring apung (KJA) yang tersebar di dua desa.
Yakni Desa Buahan dan Desa Abang Batudinding.
“Dari dua desa tersebut, Desa Buahan yang diketahui kematian ikan terbanyak,” imbuhnya.
Sarma mengatakan, dampak semburan belerang paling banyak menyebabkan kematian pada ikan yang ada di KJA.
Sementara ikan liar diluar KJA lebih sedikit, sebab dinilai lebih leluasa untuk mencari tempat yang lebih aman.
“Ikan yang di KJA lebih banyak mati karena tidak bebas bergerak, terkukung dalam kuramba yang menyebabkan banyak kematiannya,” paparnya.
Baca juga: Setahun Berjalan, Pengadaan Nano Bubble Generator di Danau Batur Belum Ada Kejelasan
Baca juga: Dikerjakan Tahun Depan, Perbaikan Dua Dermaga di Wilayah Danau Batur Telan Anggaran Rp 10 Miliar
Baca juga: Hilang Semalaman, Jasad Stepen Ditemukan Mengambang di Danau Batur