Korea Utara

Suka Duka Gadis  Pembelot Korea Utara, Harus Belajar Pakai Ponsel dan ATM

Kegembiraannya saat tiba di Korsel bersama ibu dan tiga orang sepupunya pada Maret 2013 lalu segera memudar seiring masa adaptasi yang sulit.

Editor: DionDBPutra
DOK KIM JI YOUNG via BBC INDONESIA - KOMPAS.COM
Kim Ji-young melarikan diri dari Korea Utara pada tahun 2012 bersama ibu dan tiga sepupunya. 

TRIBUN-BALI.COM, SEOUL - Tidak mudah bagi para pembelot dari Korea Utara ( Korut) menjalani kehidupan baru di suatu negara. Sebut misalnya di negara serumpun Korea Selatan.

Mereka harus belajar dari awal mengenai hal-hal dasar mengingat perbedaan antara Korea Utara dan Korea Selatan bagaikan langit dan bumi.

Misalnya membuka rekening di bank, memakai telepon seluler (ponsel) atau mesin ATM.

Begitulah antara lain suka duka Kim Ji-young, yang tiba di Korea Selatan ( Korsel) pada usia 31 tahun setelah pelarian yang sulit dari Korea Utara.

Baca juga: Situasi di Korea Utara Makin Mengerikan, Diplomat Rusia Nekat Pulang Pakai Troli

Baca juga: Aturan Covid-19 di Korea Utara Terlalu Ketat, Banyak Warga Dilaporkan Tengah Kelaparan 

Kegembiraannya saat tiba di Korsel bersama ibu dan tiga orang sepupunya pada Maret 2013 lalu segera memudar seiring masa adaptasi  yang sulit.

Setiap hari membawa tantangan baru bagi Kim Ji-young dan keluarganya. Apalagi mereka tidak mengenal siapa pun di negara yang baru.

"Ada banyak perbedaan budaya... kami harus memulai dari awal lagi," katanya. Kim Ji-young adalah satu di antara ribuan pembelot Korut yang berhasil melarikan diri dari kehidupan terisolasi di bawah kekangan  pemerintahan Kim Jong Un.

Akan tetapi bagi mereka yang telah melarikan diri, memulai hidup baru di Korsel hanyalah langkah pertama.

Banyak dari mereka yang harus mempelajari hal-hal mendasar dalam kehidupan di tengah masyarakat berteknologi tinggi dan demokratis - mulai dari menggunakan kartu ATM bank hingga memahami cara kerja perwakilan pemerintah.

Sekolah Selama Tiga Bulan

Saat pertama tiba di Korea Selatan, para pembelot Korut menjalani masa penyelidikan dan tanya jawab dengan dinas intelijen.

"Lalu ada tiga bulan di sebuah lembaga bernama Hanawon, sebuah fasilitas pendidikan pemukiman kembali yang dijalankan oleh pemerintah Korea Selatan," kata Sokeel Park, direktur Korea Selatan untuk Kebebasan di Korea Utara.

"Ini sekolah berdurasi tiga bulan. Dalam masa itu mereka mempelajari berbagai hal tentang masyarakat Korea Selatan: cara menggunakan mesin ATM dan infrastruktur transportasi modern Korea Selatan, dan cara mendapatkan pekerjaan. Mereka mempelajari berbagai hal tentang kewarganegaraan Korea Selatan, demokrasi, dan perbedaan," kata Sokeel Park.

Baca juga: Pria Korea Utara Ini Lolos Secara Ajaib Meski 8 Kali Tertangkap Kamera dan Alarm Berbunyi

Ada pula pusat-pusat komunitas yang menyediakan sumber daya bagi pengungsi yang dimukimkan kembali.

Mereka cenderung fokus pada periode transisi ini, yaitu dengan membantu para pembelot mendapatkan ponsel dan rekening bank serta berkenalan dengan komunitas lokal mereka.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved