Myanmar

Pasukan Keamanan Myanmar Tembak Mati 39 Pedemo dalam Sehari, Tinggalkan Jenazah Wanita di Selokan

Pada hari Minggu 14 Maret 2021 dilaporkan, sebanyak 39 demonstran anti-junta militer tewas terkena timah panas.

Editor: DionDBPutra
AFP
Aksi demonstrasi di Mandalay, Myanmar, 3 Maret 2021. Pada hari Minggu 14 Maret 2021, sebanyak 39 demonstran anti-junta militer tewas terkena timah panas. 

TRIBUN-BALI.COM, NAYPYIDAW – Para demonstran yang tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar makin banyak saja.

Pada hari Minggu 14 Maret 2021 dilaporkan, sebanyak 39 demonstran anti-junta militer tewas terkena timah panas.

Hari itu merupakan hari paling berdarah sejak kudeta militer Myanmar menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 yang lalu.

Hari paling berdarah sebelumnya terjadi pada 3 Maret 2021 ketika 28 orang dilaporkan dibunuh oleh polisi dan militer Myanmar di seluruh penjuru negeri.

The Irrawady merilis, sejak kudeta dimulai, total korban tewas di Myanmar telah mencapai 134 orang.

Baca juga: Polisi Myanmar yang Membangkang: Saya Tak Bisa Menembak Orang yang Tak Berbuat Kejahatan

Baca juga: Korban Terbaru, 12 Warga Sipil Tewas dalam Aksi Protes Anti-kudeta Militer Myanmar

Pada Minggu 14 Maret 2021, pasukan keamanan kembali bertindak keras demi membubarkan aksi demonstrasi.

Di Yangon, pasukan keamanan Myanmar menggunakan peluru tajam, gas air mata, dan stun grenade alias granat kejut untuk menyerang demonstran.

Pasukan keamanan terus melepaskan tembakan mulai pukul 21.30 sampai larut malam waktu setempat.

Seorang dokter yang merawat pasien di Yangon menulis di Facebook bahwa 18 demonstran ditembak mati dan beberapa lainnya luka-luka.

Dokter itu menambahkan, satu dari dua demonstran yang ditembak di kepala kini dalam kondisi kritis.

Korban tewas diperkirakan akan meningkat terus bertambah karena beberapa orang terluka parah akibat luka tembak yang dimuntahkan pasukan kemanan.

Di Dagon Selatan, sebanyak tiga warga sipil, termasuk seorang gadis berusia 15 tahun, tewas setelah ditembak di kepala dan perut.

Menurut salah satu demonstran, polisi dan tentara mulai menembaki para demonstran pada pukul 18.00 waktu setempat dilanjutkan sampai pukul 23.00 waktu setempat.

Baca juga: Kisah Pilu Aktivis Myanmar yang Ditembak Mati saat Demo Anti-Kudeta, Kuburannya Digali Lalu Disemen

Dia mengatakan, sebanyak 15 orang terluka parah. Secara keseluruhan, sekitar 50 orang terluka di Dagon Selatan.

Pada Minggu sore waktu setempat, seorang wanita ditembak mati aparat keamanan di Bago.

Tubuh wanita itu ditinggalkan di saluran pembuangan oleh pasukan keamanan setelah dibunuh.

Pasukan keamanan juga meredam demo anti-kudeta yang digelar para mahasiswa di Bago pada Minggu pagi 14 Maret 2021.

Selama tindakan keras itu seorang anak laki-laki ditembak mati, sementara tiga orang lainnya cedera.

Di Hpakan, pusat penambangan batu giok di Negara Bagian Kahcin, seorang pria berusia 30 tahun ditembak mati dan enam lainnya terluka.

Di sana, pasukan keamanan Myanmar dilaporkan menembakkan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa anti-kudeta pada Minggu pagi.

Minggu kemarin aksi pasukan keamanan Myanmar paling brutal terjadi di Yangon. Seorang demonstran di Hlaingtharyar, Yangon, mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa pasukan keamanan sengaja membunuh demonstran.

“Penembakan ini sama sekali tidak bisa diterima. Mereka tidak membubarkan protes. Mereka membunuh orang dengan kekerasan," kata pedemo tersebut.

Terapkan darurat militer

Junta militer Myanmar akhirnya memberlakukan darurat militer di Hlaingtharyar dan Shwepyitha di Yangon pada Minggu malam 14 Maret 2021.

Status itu diberlakukan setelah sedikitnya 39 demonstran tewas dalam salah satu hari paling mematikan sejak kudeta 1 Februari menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

Kedua kota besar dan miskin itu dikenal sebagai pusat pabrik, khususnya pabrik garmen.
Televisi yang dikelola junta militer Myanmar mewartakan, junta militer memberikan kekuasaan administratif dan peradilan darurat militer kepada komandan regional Yangon.

“Untuk melakukan keamanan, menjaga aturan hukum, dan ketenangan dengan lebih efektif," kata seorang penyiar televisi tersebut sebagaimana dilansir AFP. Di Hlaingtharyar, polisi dan tentara bentrok dengan para demonstran.

Para demonstran yang memegang tongkat dan pisau dan bergegas berlindung di balik barikade darurat.

Para pengunjuk rasa juga menggunakan potongan tong sampah yang diubah menjadi tameng darurat.

Beberapa demonstran yang terluka berhasil diselamatkan ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan. Tetapi seorang dokter mengatakan tidak semua berhasil diselamatkan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul Total Korban Tewas di Myanmar 134 Orang, Junta Terapkan Darurat Militer

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved