Berita Karangasem

Nyepi Adat di Tenganan Pegringsingan Karangasem, Pantang Tertawa dan Menangis

Tradisi Nyepi Adat di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, berbeda dengan Desa Adat lain di Karangasem

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Saiful Rohim
Suasana di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem. Desa Baliaga terlihat masih asri dan bersih - Nyepi Adat di Tenganan Pegringsingan Karangasem, Pantang Tertawa dan Menangis 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Tradisi Nyepi Adat di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, berbeda dengan Desa Adat lain di Karangasem, Bali.

Ritual Nyepi di Desa Adat Tenganan Pegringsingan yang dilaksanakan di sasih kasa digelar selama 15 hari, sesuai kalender di Tenganan.

Pantangan Nyepi yang harus dijalankan berbeda dengan Nyepi umumnya.

Beberapa pantangan krama Desa Adat Tenganan Pegringsingan saat melaksanakan ritual Nyepi diantaranya tidak tertawa, tidak menangis, tidak memukul kentongan, tidak numbuk padi, tidak buat lubang sedalam siku, tak menyembelih hewan babi dan ayam.

Baca juga: 112 Warga Binaan Lapas Singaraja Terima Remisi Hari Raya Nyepi

Baca juga: Ratna Dewi Aktif Ngajar Tari di LP, 746 Warga Binaan di Bali Dapat Remisi Khusus Nyepi

Baca juga: Hari Raya Nyepi, 746 WBP se-Bali Dapat Remisi, 5 WBP Hirup Udara Bebas

Kelian Adat Tenganan Pegringsingan, I Wayan Rustana menjelaskan, Nyepi Adat di Tenganan Pegringsingan dilaksanakan saat awal sasih kasa selama 15 hari, sampai puncaknya pada purnama sasih kasa.

"Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang harus dilakukan,"ungkap I Wayan Rustana.

Ditambahkan, krama Desa Adat Tenganan Pegringsingan yang menggelar Nyepi tidak boleh melakukan aktivitas yang dilarang selama 15 hari.

Diantaranya tidak tertawa, tidak menangis, tidak boleh memukul kentongan, menumbuk padi juga tak boleh, tidak buat lubang sedalam siku tangan, tidak menyembelih ternak babi dan ayam.

Tak ada sanksi bagi pelanggar saat perayaan Nyepi Adat.

Tapi, hampir semua masyarakat / krama Tenganan Pegringsingan menjalankan peraturan tersebut.

Mereka (krama) akan malu sendiri seandainya tak mengikuti aturan yang sudah dilaksanakan oleh leluhurnya secara turun temurun.

Makna dari ritual Nyepi Adat selama 15 hari yakni sebagai penghormatan terhadap leluhur sebelumnya.

Ini adalah peninggalan leluhur yang harus dilaksanakan dan tetap dilestarikan.

"Kami menjalankan sesuai aturan yang telah ditentukan oleh leluhur sebelumnya. Krama tak berani melanggar, apalagi tak melakukan,"ujar I Wayan Rustana.

Selain pantangan di atas, kata Rustana, krama juga tidak diperbolehkan melakukan ritual khusus di pura beserta rumah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved