Wawancara dengan Dubes RI untuk Malaysia, Lebih 50 Persen TKI di Malaysia Ilegal
Dubes RI untuk Malaysia Hermono mengaku tengah fokus mengurusi TKI di Malaysia.

Jadi ilegal bisa 2-3 kali lipat minimal. Ini salah satu tantangan tersendiri, dan selama ini, dengan adanya Covid-19 kita juga mendapat tantangan tersendiri.
Tapi thanks to Covid-19, berkat Covid-19 kita justru pelayanan menjadi tertib. Kalau dulu itu buka jam 12 malam orang sudah untel-untelan di KBRI, padat sekali.
Sekarang tidak bisa lagi karena orang harus mendaftar online, datang ya jam 8,9,10, orangnya diatur.
Jadi mengalir saja per jam itu, per kelompok. Jauh lebih tertib, tidak ada orang untel-untelan lagi di KBRI.
Berkah Covid-19 itu, jadi harus mengikuti SOP. Jadi mereka pun menyesuaikan.
Bisa bayangkan, satu hari KBRI sekarang ini rata-rata didatangi oleh seribu atau seribu lebih orang, setiap hari lho.
Itu mengurus apa saja?
Macam-macam ada yang mengurus SPLT, paspor, macam-macam. Kemarin itu 900 sekian yang datang, sehari sebelumnya seribu berapa.
Tapi average, satu hari itu sampai seribu.
Dulu, seribu juga, seribu itu datang di jam bersamaan. Bisa dibayangkan.
Tetapi sekarang seribu orang datang per hari.
Jadi tidak ada kepadatan di KBRI. Jadi saya berterimakasih kepada Covid-19 sehingga pelayanan bisa lebih tertib.
Tentara direpotkan di perbatasan Indonesia Malaysia.
Bukan hanya tentang TKI, tapi juga peredaran sabu.
Dua hari lalu ada 70an lebih yang menyebrang ke Malaysia, tapi sudah ditampung di Pontianak.
Kebijakan di Malaysia soal pemeriksaan tenaga kerja seperti apa sekarang?
Jadi kalau memang mereka pulangnya melalui jalur yang resmi, itu semua moda transportasi memberlakukan wajib memiliki PCR.
Kalau engga mereka engga mau.
Kemarin yang dari Pontianak itu ada 69 apa berapa, itu kan positif.
Persoalan di perbatasan Kalimantan, itu terlalu banyak lubang gajahnya.
Jadi mereka yang pulang melalui jalur-jalur gajah itu pasti tidak dites PCR dulu.
Ini yang juga perlu dipahami, yang kemarin saya sudah sampaikan juga, bahwa dengan adanya Covid-19 ini, orang-orang kita yang biasanya merasa bebas, bahwa lalu lintas Malaysia karena bebas visa, ini pasti akan diperketat.
Meskipun di tengah-tengah Covid-19 masih ada saja masyarakat kita yang mencoba masuk melalui jalur-jalur tidak resmi.
Tetapi sekarang ini mereka-mereka yang menerobos itu, terutama banyak di sekitaran Johor, perbatasan kita di Kalimantan, itu banyak yang bertahap dan sekarang hukumannya menjadi lebih berat.
Karena tidak hanya pelanggaran keimigrasian, tetapi juga pelanggaran protokol Covid-19.
Di Malaysia yang melanggar protokol Covid-19 dendanya 10 ribu Ringgit atau sekitar Rp 35 juta.
Jadi memang sekarang ketat sekali, ini juga perlu pemahaman bahwa tidak boleh lagi, harus dicegah orang-orang kita masuk ke Malaysia melalui jalur-jalur yang tidak resmi.
Di sini hukumannya jadi berat sekali.
Pelanggarannya bukan keimigrasian, tetapi ada undang-undang kesehatan juga.
Thanks to Covid-19 juga, berkat Covid-19 pekerja ilegal di sini juga akan berkurang.
Dulu bebas saja. Yang dari Kupang itu mayoritas ilegal.
Trafficking kita itu mayoritas dari Kupang, yang pekerja domestik, rumah tangga, itu dari Kupang banyak sekali.
Sekarang tidak bisa lagi. Karena ada Covid-19, lalu lintas pekerja ilegal akan berkurang.
Mudah-mudahan ini akan mengurangi jumlah pekerja ilegal di Malaysia.
Ada standar ganda Malaysia tegas menghukum kita, tapi dia sebenarnya terbuka menerima tenaga ilegal.
Dibayar lebih murah, gampang diatur.
Strategi atau kebijakan politik Malaysia, ada tidak yang menghubungkan perusahaan berstandar ganda seperti ini?
Bukan standarnya yang ganda, implementasinya yang ganda.
Undang-undangnya ada imigration act, bagi pekerja yang ilegal, itu sama juga dengan majikan yang mempekerjakan pekerja ilegal.
Jadi undang-undang keimigrasian Malaysia, hukumannya sama antara pekerja ilegal dengan majikan yang mempekerjakan pekerja ilegal. Hukumannya sama.
Bahkan kalau jumlahnya lebih dari satu, hukumannya lebih besar lagi.
Memang persoalannya di level implementasi, lebih banyak yang kena sanksi itu pekerjanya.
Padahal kita tahu di mana ada pekerja yang ilegal, pasti ada majikan yang mempekerjakan.
Ini sudah sering kita suarakan, kalau memang sama-sama mau mengatasi masalah ini, majikannya pun harus diberikan sanksi.
Karena undang-undangnya majikannya ikut bersalah.
Ini yang kita selalu sampaikan, ada yang dihukum, tetapi lebih banyak yang engga.
Susahnya juga, kita sudah buka jalur komunikasi, membuka laporan kepada semua publik.
Kita sedang menangani ada empat kasus warga NTT yang bertahun-tahun tidak dibayar.
Satu sudah di KBRI, kemarin baru datang, gajinya sudah dapat.
Jadi orang kaya nanti dia tuh pulang ke NTT. Tiga lagi sudah kita siapkan juga.
Persoalannya, orang NTT, itu tidak digaji bertahun-tahun itu diam saja.
Sampai 10 tahun. Dia mau kerja tanpa digaji, ditahan, atau mau dibayar ketika mau pulang.
Begitu sudah sampai lebih dari 50 ribu Ringgit, itu sudah Rp 150 juta lebih, mungkin majikannya mau bayar sayang juga.
Tapi sekarang saya sikatin yang begitu-begitu.
Jadi memang yang bermasalah itu dari NTT, karena kurang berani protes atau mungkin gampang ditakut-takuti.
Yang dari kampung itu kan pendidikannya mungkin terbatas juga.
Yang lulus SD pendidikan juga terbatas, jadi gampang ditakut-takuti.
Kita selalu berusaha, saya buka saluran bagi PMI, harus berani melaporkan apa-apa yang dialami.
Karena kita sudah buka jalur komunikasi, bisa lewat saya langsung, bisa lewat Facebook KBRI, bisa lewat hotline khusus pengaduan pekerja migran yang menghadapi masalah. NTT itu agak berat.
Pengobatan Malaysia sangat digemari Indonesia.
Data di publikasi tahun 2015 ada 600 ribu orang, 2018 ada 900 ribu dan 2019 1,2 juta.
Keunggulan pelayanan kesehatan di Penang bagaimana?
Pertama begini, yang kita lihat memang faktor jarak Penang-Medan, banyakan ke Penang dan Malaka, faktor jarak, dekat.
Dan juga di sini yang saya rasakan memang pelayanan atensi kepada pasien jauh lebih bagus.
Kalau saya berobat ke sini, saya buat janji akan datang jam sekian, itu di depan pintu rumah sakit sudah menunggu saya.
Bukan karena saya Dubes, tetapi teman-teman diplomat pun kalau mau berobat, dia sudah ditunggu di depan rumah sakit untuk mengurus pemeriksaan.
Bayarnya tidak lebih mahal dari di Indonesia juga. Jadi atensi itu sangat baik pada pasien.
Kedua juga di sini kalau kita lihat, ini masalah industri farmasi, kalau di kita berobat itu obatnya macam-macam, di sini diberikan yang perlu saja.
At the end, pengobatan di sini bisa jadi lebih murah.
Rumah sakitnya ramah, obatnya lebih pasti tidak terlalu banyak dan mahal.
Juga ada faktor psikologis yang menjadi daya tarik tersendiri.
Kalau ditanya, berobat di mana? berobat di luar negeri, Malaysia, kan hebat bisa berobat di luar negeri.
Jadi ada nilai tambahnya, mungkin keluarganya ikut piknik ke Malaysia, mengantar.
Biayanya tidak lebih mahal, akses mudah, lalu ada nilai psikologis. Jadi itu juga punya daya tarik.
Tetapi secara keseluruhan, biaya orang Medan berobat di Penang, dibanding dengan berobat di Jakarta, akan lebih murah berobat di Penang.
Untuk jenis penyakit yang sama katakanlah ya, akan lebih murah. Tapi ada insentif juga, bisa jalan-jalan ke Penang.
Lalu ada faktor psikologis itu tadi.
Sebetulnya sampai sekarang masih banyak mahasiswa kedokteran Malaysia yang belajar di Indonesia.
Tahun ini berapa kali kita mengadakan ujian dokter, dari Malaysia online.
Karena banyak mahasiswa yang belajar kedokteran di Indonesia karena biayanya jauh lebih murah daripada sekolah kedokteran di Malaysia.
Kualitas pendidikannya pun bagus, tapi biasanya mereka, setelah S1 dokter di Indonesia, mereka biasanya mengambil spesialisasi di London, Amerika, tapi S1nya banyak di Indonesia.
(tribun network/denis destryawan)