Berita Bali
Dewan Bali Minta Petani Tak Khawatirkan Kebijakan Impor Beras
Ida Gde Komang Kresna Budi justru meminta semua pihak, khususnya para petani untuk tidak khawatir dengan rencana tersebut.
Penulis: Ragil Armando | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wacana impor beras sebanyak 1 juta ton yang dilontarkan Menteri Perdagangan (Mendag), M. Lutfi mendapat berbagai tanggapan dan kritik di masyarakat.
Pasalnya, di berbagai daerah, termasuk Bali saat ini sedang memasuki masa panen raya.
Hanya saja, Ketua Komisi II DPRD Bali, Ida Gde Komang Kresna Budi justru meminta semua pihak, khususnya para petani untuk tidak khawatir dengan rencana tersebut.
Menurut dia, pemerintah telah melakukan berbagai kajian komprehensif mengenai wacana tersebut.
"Impor beras itu pasti ada pertimbangan, bukan semata-mata menolak, tapi kita lihat dulu apa pertimbangannya," kata dia Rabu 24 Maret 2021.
Baca juga: Pemprov Bali Tolak Impor Beras, Sebut Ketahanan Pangan Bali Masih Aman
Baca juga: Menteri Lutfi Siap Dicopot Kalau Salah Soal Kebijakan Impor Beras
Ia menyebutkan bahwa rencana impor beras tersebut sendiri menurutnya juga dilakukan pemerintah guna mengamankan cadangan pangan Indonesia, termasuk Bali di masa pandemi.
Pasalnya, surplus beras yang dimiliki oleh beberapa daerah, masih belum bisa menjamin ketahanan pangan Indonesia.
"Bukan berarti surplus beras itu misalkan sampai berapa bulan, kan gitu, pemerintah pasti akan mencadangkan, kan tugas pemerintah mempersiapkan cadangan pangan," tuturnya.
Politikus Golkar itu juga menyebut bahwa impor beras tersebut tidak membunuh para petani, termasuk di Bali.
Apalagi tugas dan fungsi pemerintah melakukan impor beras tersebut, sebagai bagian dari menstabilkan harga pangan.
"Tidak membunuh, tapi menstabilkan, itu fungsi pemerintah menstabilkan itu menurut saya," paparnya.
Kresna Budi juga menyebut bahwa beras impor tersebut juga nantinya akan ditaruh di gudang Bulog sebagai cadangan pangan.
Sehingga, tidak akan mengganggu harga gabah yang dikhawatirkan oleh para petani.
"Impor itu seberapa besar, kalau itu kan ditaruh di Bulog, kalau nggak dikeluarkan kan aman, itu kan cadangan pangan, tidak semata-mata impor langsung dibawa ke pasar. Saya yakin Mendag tidak grasa-grusu," tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana menyebut bahwa Bali sendiri masih memiliki ketahanan pangan yang aman.
Baca juga: Soal Rencana Mendag Impor Beras 1 Juta Ton, Anggota DPR Nyoman Parta:Ini Menyinggung Perasaan Petani
Baca juga: Wapres : Memalukan Negeri Begitu Luas Tapi Impor Beras Terus
"Berdasarkan data tersebut situasi ketahanan pangan kita di masa pandemi Covid-19 masih aman," kata dia, Selasa 23 Maret 2021.
Ia menjelaskan bahwa bahwa dari data estimasi yang dimiliki pihaknya, ia menyebut bahwa angka produksi gabah kering giling (GKG) periode Januari-April 2021 sebanyak 260.949 ton yang setara dengan 167.058 ton beras.
Ia menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi Bali sebanyak 142.475 ton beras, maka ia menyebut akan ada surplus berask sebanyak 24.584 ton.
Sedangkan, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunarta mengatakan bahwa stok ketahanan pangan Bali masih dapat terjaga.
Ini karena Bali pada bulan Maret 2021 mulai memasuki masa puncak panen raya.
Hal itu menyebut wacana impor beras yang dilontarkan oleh Mendag tersebut dirasa kurang pas.
Bahkan, justru akan mengganggu psikologis petani dengan turunnya harga gabah.
"Meskipun belum dilaksanakan, namun secara psikologis akan mengganggu petani karena harga gabahnya akan menjadi lebih rendah," ucapnya.