Berita Denpasar

Nenek Sakit Dirubung Belatung, Bertahun-tahun Hidup Tanpa Lampu di Denpasar

Seorang nenek ditemukan dalam kondisi memprihatinkan dengan baju dan celana dipenuhi belatung di Jalan Kartini No 74 Denpasar

istimewa / Damakesmas Denbar 2
Proses evakuasi nenek GSI di senuah rumah di Jalan Kartini, Denpasar, Bali, Selasa 23 Maret 2021 - Nenek Sakit Dirubung Belatung, Bertahun-tahun Hidup Tanpa Lampu di Denpasar 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seorang nenek ditemukan dalam kondisi memprihatinkan dengan baju dan celana dipenuhi belatung di Jalan Kartini No 74, Wangaya Kelod, Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali, Selasa 23 Maret 2021.

Nenek berinisial GSI (69) ini dalam kondisi tidak terawat dan mengalami penurunan kesadaran serta diduga mengalami gangguan kejiwaan.

Nenek tersebut tinggal di sebuah rumah di belakang ruko yang kondisinya terbengkalai.

Ia diketahui tinggal dengan adiknya yang juga sudah berumur.

Baca juga: Kisah Pilu Nenek yang Sakit dan Dipenuhi Belatung di Denpasar, Bertahun-tahun Hidup Tanpa Lampu

Baca juga: Kisah Kombes Pandra Sudah 116 Kali Lakukan Donor Darah, Berawal Orang tua Sang Pacar Sakit Keras

Baca juga: Kisah Pedanda Baka, Jadi Perbincangan Hangat Para Kaula Muda

Mereka berdua hidup dengan kondisi tidak layak. Selama bertahun-tahun hidup tanpa lampu.

Mereka mendapat supplay makanan sehari-hari dari keponakan, namun keponakannya jarang langsung menengok kondisi GSI tersebut.

Tidak jarang pasien mengamuk.

Sementara adik dari nenek tersebut berjualan karpet di ruko di depan tempat tinggal tersebut yang juga dengan kondisi tidak layak dan penuh debu.

Sang keponakan meminta bantuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar untuk menangani GSI.

BPBD berkoorinasi dengan Damakesmas Denbar 2 untuk menangani pasien yang dalam kondisi memprihatinkan itu.

Petugas medis Damakesmas Denbar 2, Novi, Rabu 24 Maret 2021, menjelaskan, kondisi nenek itu lemah, kesadaran menurun sejak pagi, napas berat, tampak tidak terawat, serta terdapat banyak belatung di baju dan celana.

Oleh petugas Damakesmas Denbar 2 nenek GSI dirujuk menuju RSUD Wangaya Kota Denpasar.

Kasubag Hukum dan Humas RSUD Wangaya Kota Denpasar, AA Ngurah Suastika mengatakan, pihaknya telah menerima pasien atas nama GSI tersebut, Selasa malam.

Dan saat ini nenek tersebut sudah mendapat penanganan terkait lukanya yang sempat dihinggapi belatung.

"Pasien dirawat di RSUD Wangaya dari kemarin malam 23 Maret, Kondisi pasien hari ini (kemarin, Red) 24 Maret, terdapat luka pada bokong, ada belatung, tapi sekarang sudah dirawat. Sudah bersih dari belatung. Dan luka pada betis kanan sudah juga tetawat dengan baik," ungkapnya.

Sementara saat ini, keponakan nenek tersebut telah datang ke RSUD Wangaya dan langsung menjaga nenek tersebut pada salah satu kamar rawat inap.

Bangunan ruko dua lantai dengan pintu regol berwarna coklat kusam dan penuh coretan cat pylox itu tampak tidak ada aktivitas, pada Rabu 24 Maret 2021 sore ini.

Hanya ada para penjual bunga yang menggelar lapaknya di sekitaran ruko bak bangunan tak berpenghuni di jalan satu arah itu, pasca penghuninya GSI (69) jatuh sakit dengan kondisi dipenuhi belatung, sehingga saudara yang biasa berjualan karpet di toko tersebut juga kini harus menjaga di RSUD Wangaya, tidak jauh dari lokasi.

Di samping ruko milik keluarga itu terdapat sebuah pintu masuk yang sudah dalam kondisi rusak, sehingga terlihat bagian dalam tempat dua bersaudara itu tinggal dengan kondisi bisa dikatakan tidak layak.

Dari lorong pintu masuk selebar kurang lebih 1 - 1,5 meter tersebut di dalamnya terdapat seperti blok beberapa bangunan rumah, namun tidak berpenghuni sehingga terkesan menyeramkan.

Ada tumpukan batu bata merah, dan lokasi di dalamnya seperti tidak terawat, begitu pula dari tampak depan bangunannya tampak atap plafon yang jebol dan berdebu.

Tak hanya itu, menurut penuturan penjual bunga di sekitar, keluarga ini selama bertahun-tahun hidup tanpa lampu penerangan.

"Setiap malam gelap tidak ada lampu penerangan sudah bertahun-tahun kondisinya seperti itu," terang penjual bunga di depan, Nyoman Sarji kepada Tribun Bali.

Berdasarkan data yang dihimpun, GSI hanya tinggal bersama saudara sekandungnya berinisial SA (58), keduanya belum berkeluarga, sementara orangtuanya sudah meninggal dunia dan diwariskan kepada dua bersaudara ini.

Selama ini dua bersaudara ini diberi makanan oleh sanak keluarga lain/keponakannya dengan dikirimkan.

Namun keponakan seringkali hanya menyampaikan makanan kepada sang adik di depan toko sehingga tidak mengetahui kondisi bibinya.

Nyoman Sarji menuturkan, bahwa terakhir kali melihat GSI sekitar dua bulan yang lalu.

GSI sendiri dikenal warga sekitar seperti mengidap gangguan kejiwaan.

"Saya melihat terakhir 2 bulan yang lalu, keluar jalannya berduyun-duyun, pakai tongkat, hanya duduk di depan saja, tidak ngobrol, duduk di depan sambil melihat jalan dan aktivitas penjual bunga, memang seperti ada gangguan kejiwaan," bebernya.

Toko Redjeki yang dikelola sang Adik SA biasa buka pukul 09.00 Wita sampai dengan 21.00 Wita.

"ini sedang tutup mungkin menjaga kakaknya yang sakit," katanya.

Nyoman Sarji dan pedagang bunga lainnya mengaku tidak mengetahui GSI mengidap penyakit.

"Tidak, tidak pernah ada cerita masalah sakit," ujarnya.

Sosok SA, saudara GSI pernah berkomunikasi dengan Nyoman Sarji, ia mengaku pernah dinasihati untuk sabar dalam berjualan.

"Saya pernah dinasihati agar sabar saat berjualan, beberapa momen ngobrol ada kalau sama adiknya laki-laki, kalau sama yang kakaknya yang sakit belum pernah," ucapnya. (*).

Kumpulan Artikel Denpasar

(ian/sar)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved