Terusan Suez
Inilah Profil Marwa Elselehdar, Kapten Kapal yang Jadi Korban Hoaks dalam Krisis Terusan Suez
Marwa Elselehdar sudah mengklarifikasi berita bohong tersebut dan dia tidak mengetahui siapa yang menyebarkan kabar hoaks ini.
TRIBUN-BALI.COM, KAIRO – Nama Marwa Elselehdar mendadak terkenal lantaran menjadi korban hoaks atau berita palsu dalam krisis Terusan Suez akhir Maret 2021.
Marwa Elselehdar disalahkan ketika Terusan Suez macet selama sepekan gara-gara kapal kontainer raksasa Ever Given menyangkut di kanal itu Selasa 23 Maret 2021.
Padahal waktu itu, Elselehdar di kapal Aida IV yang sedang berada di Alexandria, ratusan kilometer jauhnya dari Terusan Suez.
Kabar Fitnah yang menimpa Marwa Elselehdar, wanita pertama di Mesir yang menjadi kapten kapal berasal dari tangkapan layar berita palsu yang seolah-olah diterbitkan oleh Arab News.
Baca juga: Inilah Beda Terusan Suez dan Terusan Panama
Baca juga: Update Terusan Suez: Butuh Waktu Tiga Hari untuk Mengurai Antrean 425 Kapal
Sesungguhnya tangkapan layar tersebut hasil editan. Berita asli di Arab News menceritakan perjalanan karier Marwa Elselehdar menjadi kapten kapal.

Marwa Elselehdar sudah mengklarifikasi berita bohong tersebut dan dia tidak mengetahui siapa yang menyebarkan kabar hoaks ini.
Berikut ini profil Marwa Elselehdar seperti dilansir Arab News.
Marwa Elselehdar merupakan wanita pertama yang bekerja sebagai kapten kapal di Mesir.
Sejak kecil, Elselehdar sudah mencintai laut dan suka berenang. Ketika remaja dia masuk Akademi Sains, Teknologi, dan Transportasi Maritim Arab (AASTMT) di Mesir dan diterima di Departemen Transportasi dan Logistik Internasional.
Namun, dia lebih tertarik pada kurikulum yang diajarkan kepada saudara laki-lakinya di Departemen Transportasi dan Teknologi Maritim. Departemen ini hanya untuk laki-laki.
Marwa Elselehdar tetap mengajukan lamaran untuk bergabung dengan Departemen Transportasi dan Teknologi Maritim.
Akhirnya, dia diterima dan menjadi wanita Mesir pertama yang belajar di departemen tersebut.
Kakak dan ibu Elselehdar mendukung mimpinya menjadi kapten wanita pertama di Mesir.
Ayahnya juga tidak keberatan dengan studinya. Selanjutnya dia memulai formalitas untuk bergabung dengan departemen tersebut.
Presiden akademi meminta penelitian hukum maritim untuk memverifikasi kemungkinan memberikan lisensi kapten kepadanya. Setelah memastikan bahwa undang-undang tidak memberikan batasan, pemeriksaan dimulai.