Kabar Duka
Profil Umbu Landu Paranggi, Penyair Besar yang Berpulang Hari Ini di Bali
Umbu Landu Paranggi meninggal dunia pada Selasa dini hari, 6 April 2021 pagi di RS Bali Mandara, Denpasar, Bali.
Duduk di atas karpet merah, Cak Nun berbicara dalam diskusi sastra yang diadakan komunitas pegiat puisi Jatijagat Kampung Puisi.
Umbu Landu Paranggi, penyair yang dianggap guru oleh Cak Nun, adalah pendiri komunitas tersebut.
Ide dadakan untuk menggelar diskusi sastra malam itu berawal dari kunjungan Cak Nun ke Denpasar untuk menjenguk Umbu yang dirawat di RSUP Sanglah.
Pada diskusi berlangsung itu Cak Nun menyiratkan rasa hormatnya pada penyair yang telah lama tinggal di Bali ini.
“Jangan harap memahami Umbu. Ia tidak bisa dimengerti, hanya bisa dinikmati,” ujar budayawan suami Novia Kolopaking ini.
Lontaran ini seakan mengomentari tanggapan beberapa masyarakat tentang sosok Umbu yang lebih sering dikenal sebagai seniman yang angkuh.
Sebaliknya, bagi Cak Nun, keangkuhan Umbu adalah bentuk penolakan penyair yang dikenal nyentrik ini terhadap budaya basa-basi.
Menurutnya, Umbu tidak bisa dijangkau lewat obrolan remeh-temeh.
Makna kata menikmati yang ia lontarkan berarti bahwa memahami Umbu hanya bisa dilakukan dengan mengamati kesehariannya secara langsung.
Hanya saja kesempatan bertatap muka dengan Umbu merupakan momen yang langka.
Cak Nun bertutur, Umbu hanya bisa ditemui jika memang Umbu sendiri yang menginginkan pertemuan itu.
Karenanya, meski pada akhirya Cak Nun berhasil bertemu langsung dengan Umbu yang sedang terbaring sakit, momen pertemuan itu adalah momen yang paling dirindukan Cak Nun.
Cak Nun berujar, di balik sosok angkuh yang lebih banyak diketahui masyarakat, Umbu adalah sosok yang hangat.
Sosok hangat ini dituturkannya lewat pribadi rendah hati dari penyair yang dikenal lewat karyanya seperti puisi Melodia ini.
Cak Nun tak sendiri malam itu. Ia ditemani budayawan yang aktif di Jogjakarta Imam Budhi Santosa.