Pasca Gempa 6,1 Magnitudo, BMKG : Waspadai Potensi Longsor dan Banjir Bandang

BMKG mengimbau masyarakat di beberapa wilayah Jawa Timur untuk mewaspadai potensi tanah longsor dan banjir bandang

Pexels
Ilustrasi hujan - Pasca Gempa 6,1 Magnitudo, BMKG : Waspadai Potensi Longsor dan Banjir Bandang 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUN-BALI.COM - Pasca gempa tektonik berkekuatan 6,1 pada Sabtu 10 April 2021, BMKG mengimbau masyarakat di beberapa wilayah Jawa Timur untuk mewaspadai potensi tanah longsor dan banjir bandang, jika terjadi hujan intensitas sedang hingga lebat.

"Mohon waspadai potensi longsor dan banjir bandang jika terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat setelah terjadi gempa," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada konferensi pers secara virtual.

BMKG Jawa Timur hari ini (10 April 2021) juga telah mengeluarkan peringatan dini untuk tanggal 11 April 2021 berupa hujan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai petir dan angin kencang sesaat di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Hujan tersebut dikhawatirkan dapat memicu longsor pada lereng-lereng rawan dan rapuh akibat gempa bumi siang tadi, dan selanjutnya dikhawatirkan dapat memicu banjir bandang, yang berpotensi terjadi antara lain di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Batu, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagun.

Baca juga: Warga Bali Berhamburan, Gempa di Selatan Malang Dirasakan Masyarakat di Denpasar dan Badung

Baca juga: Pasutri Tertimpa Batu Raksasa, Tujuh Orang Tewas Akibat Gempa yang Guncang Jatim

Baca juga: Episentrum Gempa Malang M 6,1 Berdekatan dengan Pusat Gempa yang Merusak Jawa Timur pada Masa Lalu

"Masyarakat diimbau untuk menghindari lereng dan berada di lembah sungai apabila terjadi hujan," imbuh Dwikorita.

Sebelumnya, BMKG mencatat gempa tektonik magnitudo 6,7 yang kemudian diupdate menjadi magnitudo 6,1 terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa.

Dengan episenter pada koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 km arah Selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada kedalaman 80 km.

Gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Dampak gempa bumi, guncangan dirasakan di daerah Turen V MMI Karangkates, Malang, Blitar IV MMI.

Guncangan juga dirasakan di Kediri, Trenggalek, Jombang III-IV MMI, Nganjuk, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Yogyakarta, Lombok Barat, Mataram, Kuta, Jimbaran, Denpasar III MMI.

Serta di Mojokerto, Klaten, Lombok Utara, Sumbawa, Tabanan, Klungkung, Banjarnegara pada skala II MMI.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami.

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly mengatakan, dengan kekuatan gempa yang cukup besar dan dampak guncangan dirasakan hingga V MMI diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan.

"Yang paling penting masyarakat tetap tenang dan mendapatkan informasi yang tepat, hindari bangunan yang retak dan tebing-tebing yang rawan longsor," kata Muhamad Sadly.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setyo Prayitno menambahkan, berdasarkan hasil monitoring BMKG tercatat tiga kali gempa bumi susulan dengan kekuatan magnitudo di bawah 4,0.

Menurut Bambang, dampak kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut tergantung pada kualitas bangunan dan sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi setempat.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, gempa di selatan Malang tersebut bukan termasuk Gempa Megathrust, tetapi Gempa Menengah di Zona Beniof, karena deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.

"Mekanisme sumber sesar naik ini sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami, namun patut disyukuri bahwa gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 sehingga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut, sehingga gempa ini tidak berpotensi tsunami," ujar Daryono.

Zona gempa selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan.

Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa Gempa Selatan Malang M 6,1 ini berdekatan pusat gempa merusak Jawa Timur yang terjadi pada masa lalu, pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan 1972.

Terkait kejadian gempa tersebut, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

Masyarakat juga harus memeriksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah.

Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi.(*).

Kumpulan Artikel Gempa

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved