Human Interest Story

Warga Tabanan Produksi Mi Berbahan Dasar Daun Kelor yang Baik untuk Mata dan Tanpa Bahan Pengawet

Seorang pria paruh baya tampak sibuk melakukan penggilingan makanan berbahan dasar tepung berwarna kehijauan di rumahnya di Banjar Buahan Utara

Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
I Wayan Sumerta Dana Arta alias Wayan Mokoh saat menunjukan dua bungkus mi kelor yang sudah dalam kemasan di Banjar Buahan Utara, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Jumat 9 April 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Seorang pria paruh baya tampak sibuk melakukan penggilingan makanan berbahan dasar tepung berwarna kehijauan di rumahnya di Banjar Buahan Utara, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Bali, Jumat 9 April 2021.

Adalah I Wayan Sumerta Dana Arta yang merupakan pemilik industri rumahan bernama Mie Kelor Gud.

Industri makanan ini tercetus di tengah pandemi dengan harapan memberikan asupan makanan tanpa bahan pengawet dan bermanfaat bagi kesehatan mata karena bahan dasarnya adalah daun kelor

Pria yang lebih akrab disapa Wayan Mohon ini menceritakan, setidaknya usahanya ini sudah berjalan selama satu tahun atau sejak pandemi dimulai atau April 2020 lalu.

Baca juga: Bupati Tabanan Sanjaya Road Show Melintasi Desa-Desa di Tabanan dengan Mengendarai Motor

Baca juga: Berlokasi di Tabanan, Warga Bisa Tukar Sampah dengan Beras Hingga Bumbu Dapur, Catat Waktunya

Gagasannya ini bermula dari permainan tradisional yakni meplalian mejukjukan.

Permainan tradisional bertujuan untuk mengurangi bermain hape dan mebudayakan tradisi, karena diketahui anak anak sekarang justru lebih senang bermain hape ketimbang permainan di luar sehingga ditakutkan mata menjadi rusak. 

Sehingga dari sana ia mulai berpikir makanan apa yang cocok mengobati mata?

Beberapa bulan mempersiapkan, ia kemudian menemukan daun kelor yang dipercaya ampuh sebagai obat tradisional untuk mata.

Hal ini didukung dengan letak geografis tempat tinggalnya yang masih relatif mudah mendapatkan daun kelor.

Namun ia mencoba untuk menggunakan daun kelor ini dari saripatinya karena diketahui anak-anak tak begitu suka dengan kelor yang langsung dimakan sehingga dikonsep menjadi mi instan. 

Baca juga: Jelang Hari Raya Galungan 2021, Harga Cabai di Tabanan Bali Kini Turun Rp 40 Ribu

Baca juga: Pertahankan Predikat Lumbung Pangan, Dewan Tabanan Bali Minta Stop Alih Fungsi Lahan Jadi Beton

"Jadi bermula dari permainan tradisional sebenarnya yang ditakutkan merusak mata dari anak-anak kita sekarang. Dan kebetulan kandungan kelor ini sangat luar biasa untuk mata karena vitamin A di kelor sangat ampuh mengurangi iritasi mata," jelasnya.

Kemudian, inspirasi keduanya adalah kebetulan anaknya di rumah juga sangat senang makan mi instan.

Sehingga, lewat home industry ini ia memulai dengan membuat skala rumahan. 

Untuk mempermudah mengkonsumsi daun kelor ini ia mencoba membuat mi instan dengan saripati daun kelor.

"Sehingga, dari karbohidrat terpenuhi, begitu juga proteinnya. Intinya kandungan daun kelor ini sangat bagus untuk kita," terangnya.

Terakhir, ia juga terinspirasi dengan kawannya dari Lampung.

Sebab, Wayan Mohoh sebelumnya sempat tinggal di Lampung dalam kurun waktu yang cukup lama yakni 20 tahun.

Di sana, kawannya tersebut saat ini sukses menjual mie tetek khas wilayah setempat.

Jadi salah satu inspirasinya juga dari kawan di Lampung 

"Selain inspirasi tersebut, masa pandemi juga membuat kami berpikir kenapa gak saya buat aja. Namun saya lebih berpikir bagaimana agar mi ini dapat dinikmati tanpa bahan pengawet dan bermanfaaat meskipun arah ke depan juga untuk pendapatan. Karena mi merupakan bahan pokok yang selalu digemari masyarakat dari berbagai kalangan," terangnya. 

Kalau mi saya ini, kata dia, produksinya sehat karena alami. Kemudian harganya juga terjangkau hanya Rp6 ribu saja perbungkus.

Saat ini ia hanya mampu menjual 25 bungkus per hari khusus untuk wilayah Tabanan saja. 

Bahan Alami dan Miliki Manfaat Kesehatan Mata

Wayan Sumerta Dana Arta menuturkan, selain menggunakan bahan alami dan bermanfaat, untuk pengolahannnya juga sangat gampang.

Kemudian untuk alatnya juga mudah ditemui di toko-toko terdekat di sekitar kita.

Bahannya terbuat dari tepung terigu tinggi protein, ditambah telur, ditambah dengan saripati daun kelornya.

Untuk bahan kelornya sendiri, ia biasanya mendapat dari lahan sendiri atau tetangganya.

Jika mendapat dari tetangga ia tak pernah diberikan untuk membeli, melainkan sistem barter. 

"Ini saya olah sendiri dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Dalam pengolahannya dalam satu kilo adonan bisa menghabiskan waktu satu jam," katanya. 

Seiring perkembangan zaman, ke depannya mungkin nanti akan menggunakan tepung kelor.

Untuk sementara, mi kelor ini hanya untuk mi goreng dan ke depannya dikembangkan lagi menjadi mie kuah.

"Sementara masih mie goreng dengan tingkat kepedasannya maksimal level 15," ungkapnya.

Dia berharap ke depannya home industri atau produk lokal makin dicintai masyarakat. Apalagi pemerintah juga menyatakan agar masyarakat lebih banyak membeli produk lokal untuk memperkuat ekonomi kedepannya.

"Mari cintai produk lokal," tandasnya. 

Berita lainnya Berita Tabanan

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved