Pemain Kripto Harus Bersiap Jika Bandar Skala Besar Turunkan Harga
Dikatakannya, berinvestasi di kripto memiliki risiko tinggi meski imbal hasilnya juga tinggi dengan dasar hitungan yang tidak berwujud.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA – Belakangan ini Cryptocurrency atau mata uang kripto sedang digandrungi investor ritel, disamping saham.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy meminta pemain instrumen cryptocurrency atau mata uang kripto untuk bersiap jika bandar skala besar menurunkan harga.
Dikatakannya, berinvestasi di kripto memiliki risiko tinggi meski imbal hasilnya juga tinggi dengan dasar hitungan yang tidak berwujud.
"Begitu nanti investor besar profit taking (ambil untung), siap-siap apa yang naik cepat maka turunnya drastis. Mau maunya bandar saja, kripto ini tidak berwujud," ujarnya saat dihubungi Tribunnews, belum lama ini.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Lebaran? Anda Jangan sampai Tergiur Investasi Berbunga Tinggi
Baca juga: Semakin Diminati Investor, Setiap Tahunnya Dua Hingga Tiga Galeri Investasi di Bali Diresmikan
Menurut dia, bermain di jenis investasi yang benar-benar murni spekulasi layaknya kripto ini bisa tiba-tiba berbalik arah dari harga tertinggi.
Adapun sebenarnya, Budi menjelaskan, fenomena kripto hampir mirip dengan booming-nya bunga tulip ratusan tahun lalu hingga batu akik di Indonesia.
"Seperti bunga tulip di abad 17 dan 18. Kemudian batu akik di Indonesia, saham internet di tahun 2000 awal, berulang terus dan harganya tidak wajar," katanya.
Di sisi lain, dia menambahkan, juga wajar saja profesi sales kripto ikut menjamur karena adanya peluang besar dari komisi setoran deposit awal maupun transaksi.
"Sales kripto sudah pasti makin banyak, dapat komisi berdasarkan sekian volume perdagangan. Kalaupun iklim kripto nanti kondusif bisa lewat Bappepti," tuturnya.
Peralihan saham ke kripto
Sementara itu, tren-nya Cryptocurrency atau mata uang kripto belakangan ini juga tak lepas dari banyaknya investor retail yang berhasil dari saham ke kripto.
Menurut perencana keuangan Ahmad Gozali, peralihan dari saham ke kripto tersebut bisa terjadi karena beberapa sebab.
Satu di antaranya investor pasar modal merugi akibat dampak pandemi di 2020 dan belum dapat membalikkan posisi menjadi untung.
"Bisa juga pelaku pasar ingin mengkompensasi kerugian 2020 dengan mencari untung cepat di kripto," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, beberapa waktu lalu.
Ikut-ikutan