Kesehatan
Cegah Tindakan Bunuh Diri, Masyarakat Diharapkan Mampu Kelola Manajemen Stres, Ini Kata Psikiater
Tiga faktor yang dimaksud yakni gangguan depresi, gangguan bipolar, kemudian gangguan skizofrenia atau gangguan jiwa berat.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Wema Satya Dinata
Nah ketika mental sudah rapuh tersebut sudah rusak, mereka terkadang mencari jalan alternatif salah satunya adalah bunuh diri ini.
Bunuh diri dianggap sebagian orang sebagai alternatif bagi dirinya sendiri, padahal sudah jelas tidak sama sekali.
Peristiwa bunuh diri ini sangat merugikan lingkungan sekitarnya, seperti keluarga yang ditinggalkan.
Sebenarnya mereka justru egois karena ingin menyelesaikan masalahnya sendiri saja.
"Sayangnya, masyarakat masih tabu untuk berkonsultasi ketika menemukan masalah. Itu sangat disayangkan sekali, sehingga masyarakat diharapkan berkonsultasi. Dengan begitu nantinya kita akan mencari solusi bersama," ungkapnya.
Bagaimana dengan tingkat depresi sepama pandemi ini?
Dokter spesialis kesehatan jiwa ini menuturkan saat ini banyak masyarakat yang justru merasa cemas (ansietas).
Kecemasan tersebut muncul lantaran ketidaksiapan situasi dan kondisi pandemi saat ini yang tidak ada kepastiannya kapan akan selesai.
Saat ini masyarakat sedang berhadapan dengan tingkat kecemasan tinggi.
Pertama, mereka belum melihat tanda-tanda Covid-19 akan berakhir.
Baca juga: Air Kelapa untuk Kesehatan, Kurangi Risiko Asam Lambung Hingga Cegah Gangguan Jantung dan Ginjal
Kedua, masyarakat masih belum mengerti apa yang harus dilakukan di tengah pandemi ini.
Sementara itu, rata-rata mereka yang mengalami kecemasan di usia 40-60 orang atau usia produktif.
Tingkat konsultasi di masa pandemi ini justru meningkat cukup signifikan hingga 40-60 persen dibandingkan sebelum pandemi.
Dengan kondisi tersebut, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak terlena dengan kondisi tersebut.
Seharusnya masyarakat mencari solusi atau mencari apa yang dilakukan untuk mengurangi masalah atau tingkat kecemasannya.