Kesehatan
Gangguan Mental Pasca Persalinan Intai Banyak Wanita, Berikut Faktanya
Baby blues banyak dialami oleh wanita yang baru saja melahirkan.Namun, mereka yang baru saja juga rentan mengalami gangguan kesehatan mental perinatal
TRIBUN-BALI.COM - Baby blues banyak dialami oleh wanita yang baru saja melahirkan.
Namun, mereka yang baru saja melahirkan juga rentan mengalami gangguan kesehatan mental perinatal atau pascapersalinan seperti depresi pascapartum, kecemasan perinatal, Gangguan Kompulsif Obsesif Perinatal (OCD), Trauma Kelahiran dan Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD).
Mereka juga rentan mengalami gangguan bipolar, dan psikosis atau skizofrenia.
Gangguan mental pascapersalinan Sekitar 25 persen wanita mengalami depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya dalam tahun pertama setelah melahirkan.
Baca juga: Enam Manfaat Puasa untuk Kesehatan Mental
Tahun pertama kehidupan bayi adalah momen di mana wanita rentan mengalami gangguan mental, terutama depresi.
Sayangnya, kondisi ini seringkali tidak disadari dan ditangani. Sekitar 40 persen ibu yang mengalami gejala perinatal atau pascapartum mencari pertolongan.
Selain itu, sekitar 85 persen wanita mengalami beberapa jenis gangguan suasana hati.
Sebagian besar gejalanya bersifat ringan dan terjadi hanya dalam jangka waktu singkat.
Baca juga: Ramalan Asmara dan Kesehatan Zodiak Virgo Selasa 20 April 2021, Jangan Gunakan Kekerasan Fisik
Namun, sekitar 10 hingga 15 persen wanita mengalami gejala depresi atau kecemasan yang lebih signifikan usai persalinan.
Penyebab Ada banyak risiko yang bisa memicu gangguan mental pasca persalinan.
Salah satunya adalah perubahan hormonal yang drastis selama kehamilan dan setelah persalinan.
Selain itu, tekanan keuangan, hubungan yang bermasalah, dan kurangnya dukungan juga bisa memicu gangguan kesehatan mental pascapersalinan.
Memiliki riwayat penyakit mental atau riwayat keluarga dengan kondisi tersebut membuat wanita yang baru melahirkan lebih rentan mengalami hal tersebut.
Konsekuensi Gangguan mental pascapersalinan dapat berdampak buruk pada anak, termasuk keterlambatan perkembangan sang buah hati.
Baca juga: Harga Daging Ayam di Bangli Bali Naik Jadi Rp 45 Ribu Per Kilo, Dinas Sebut Bertahan Hingga Kuningan
Kondisi ini juga berdampak negatif pada keterampilan kognitif, stabilitas emosional, dan kemampuan anak Anda untuk menangani stres di kemudian hari.