Berita Badung
Potret Tradisi Mekotek di Desa Munggu Badung Bali Saat Hari Raya Kuningan 2021
Pembatasan jumlah krama ini berdasarkan keputusan dari Desa Adat Munggu sesuai protokol kesehatan Covid-19.
Penulis: Rizal Fanany | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Sejumlah warga memanjat tumpukkan kayu yang membentuk formasi menyerupai gunung dalam Tradisi Mekotek yang digelar saat merayakan Hari Raya Kuningan di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Sabtu 24 April 2021.
Ditengah pandemi Tradisi mekotek tetap dilaksanakan.
Sebab tradisi yang diselenggarakan ini untuk menjaga tradisi nenek moyang, tetapi jumlahnya dibatasi.
Pembatasan jumlah krama ini berdasarkan keputusan dari Desa Adat Munggu sesuai protokol kesehatan Covid-19.
Krama yang mengikuti Tradisi Mekotek berasal dari perwakilan masing-masing banjar yang ada di Desa Adat Munggu.

• Tradisi Mekotek di Desa Adat Munggu Dilaksanakan dengan Protokol Kesehatan Ketat & Peserta Dibatasi
• Dosen Unud Rugi Rp 200 Juta, Sanggah di Jalan WR Supratman Denpasar Terbakar Saat Kuningan
• Hari Raya Kuningan, Tim Pemburu Pelanggar Prokes Polda Bali Pantau Pura Jagatnatha Denpasar
Di desa Adat Munggu terdapat 12 Banjar.
Namun kali ini yang mengikuti tradisi yakni hanya kalangan pemuda.
Pada prosesi Mekotek, diawali dengan melakukan persembahyangan bersama di pura desa.
Setelah persembahyangan, krama kemudian mengelilingi desa dengan membawa kayu pulet sepanjang kurang lebih 3 meter.
Kayu pulet tersebut merupakan pengganti tombak yang dulu digunakan pasukan Kerajaan Mengwi saat perang melawan Kerajaan Blambangan.
Istilah mekotekan sendiri diambil dari bunyi "tek-tek” yang berasal dari benturan kayu-kayu yang saling bertabrakan saat disatukan.
Saat pelaksanaan kegiatan mekotekan diiringi irama musik tradisional dari Sekaa Gong mengelilingi desa di setiap perempatan atau pertigaan jalan desa.




