Berita Bali
Pro-Kontra Alih Fungsi Lahan dalam Mega Proyek Tol Gilimanuk-Mengwi, Dewan Bali Minta Jalan Terus
Politikus yang juga Ketua DPD II Golkar Buleleng ini menegaskan bahwa apabila megaproyek ini terealisasi maka nantinya akan menimbulkan satu jaringan
Penulis: Ragil Armando | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Rencana mega proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi terus saja mendapat pro kontra.
Pasalnya, disebut-sebut rencana mega proyek sepanjang ± 96,21 Km yang melintasi tiga kabupaten yakni Jembrana, Tabanan dan Badung tersebut bakal menerabas area sawah seluas 188,31 Ha mengurangi produksi beras di Bali sebanyak 1.129,86 ton.
Mengenai pro dan kontra tersebut, Ketua Komisi II DPRD Bali, Ida Gde Komang Kresna Budi menegaskan bahwa rencana megaproyek tersebut merupakan agenda dari pemerintah pusat, sehingga menurut dia harus terus dilanjutkan.
Pasalnya, mega proyek tersebut dinilai sangat penting bagi konektivitas masyarakat Bali.
Baca juga: WALHI Bali Soroti Megaproyek Tol Gilimanuk-Mengwi Terabas Sawah 188,31 Ha, Minta Pertimbangkan Ulang
Bahkan, ia menyebut jika megaproyek itu tidaklah memakan lahan pertanian yang begitu banyak, hanya sebagian saja.
Tetapi, menurutnya hal tersebut akan terjawab dengan laju perekonomian yang akan ditimbulkan.
"Kalau kita lihat jalan itu kan diatasnya, dan dibawahnya masih lahan pertanian. Terpenting apa yang dilakukan untuk kemajuan meski ada kehilangan sebagian lahan pertanian. Pasti ada apa yang dilakukan pemerintah, misal peningkatan produksi, pemberian alat produksi, sebab tidak dipungkiri kemajuan pasti akan berdampak bukan berarti kita harus diam," terangnya, Minggu 2 April 2021.
Politikus yang juga Ketua DPD II Golkar Buleleng ini menegaskan bahwa apabila megaproyek ini terealisasi maka nantinya akan menimbulkan satu jaringan.
Bali akan terkoneksi antar daerah dengan baik, dan bagian kecepatan itu akan mengurangi kemacetan.
"Coba saja dari sini (Denpasar) ke Negara tiga jam, menjadi 1 jam. Waktu 2 jam itu menghemat bahan bakar dan waktu. Jelas itu parameter dipakai bukan tanpa perhitungan koneksi antar kabupaten agar lebih cepat. Dampaknya lebih jelas ada, hitungannya jelas ada dampak positif dan negatif. Jangan dampak yang kecil menggagalkan usaha yang besar, kurang bijaksana," tegas pria asal Buleleng ini.
Pun begitu, Kresna Budi mengatakan bahwa dalam pembangunan pasti akan menimbulkan berbagai efek baik positif maupun negatif.
Sehingga, menurut dia pemerintah harus mencari cara untuk menanggulangi pengurangan lahan pertanian itu, salah satunya dengan melakukan peningkatan produksi, pemberian pupuk gratis kepada petani, dan mengurangi beban petani.
"Pro kontra pembangunan jalan tol karena pengurangan lahan pertanian selalu ada. Namanya mencari kecepatan dalam distribusi, pergerakan orang, pasti akan terbantu dari pertumbuhan ekonomi. Tol akan bermanfaat, bukan hanya koneksi tapi untuk penunjang pariwisata akan diperlukan," imbuhnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengaku telah mengatur terkait alih fungsi lahan dalam rencana mega proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi.
Baca juga: Terabas Sawah Produktif dan Kawasan Hutan, Frontier dan WALHI Bali Kritisi Tol Gilimanuk-Mengwi
Salah satunya diatur dalam peraturan daerah tentang perencanaan tata ruang wilayah Provinsi Bali di dalamnya.