Berita Denpasar
Bale Kulkul Banjar Ceramcam Kesiman Dihiasi Ratusan Piring Kuno, Berawal dari Obrolan Sekaa Manyi
Prajuru Adat Banjar Ceramcam yang juga Penyarikan Desa Adat Kesiman, Drs. I Ketut Puja mengatakan piring-piring ini telah terpasang sejak tahun 1950.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Noviana Windri
"Nyari ke kolektor dapat 3, 4 biji, setelah terkumpul baru pasang," katanya.
Ia mengatakan, dari cerita para tetua, pemasangan piring ini sebagai apresiasi seni.
"Ada tetua yang terlibat dan masih hidup, umurnya 90an tahun, namanya Pekak Lumbang. Beliau menceritakan ada tradisi panen padi atau manyi di wilayah kami," katanya.
Mereka pun kemudian membentuk sekaa manyi.
Sepulang dari sawah, sekaa ini datang ke banjar membawa kurungan dan saling bertukar cerita.
Di tengah pembicaraan, muncullah ide untuk membuat banjar agar seni.
Di sisi lain, di banjar ini juga ada tradisi ngaben dengan wadah, dimana wadah ini dihiasi dengan piring dan kaca.
Hal itulah kemudian diadopsi oleh sekaa ini untuk menghiasi bale kulkul.
"Ini memang murni seni, tidak ada hubungannya dengan unsur Perahyangan," katanya.
Selain bale kulkul dengan hiasan piring, banjar ini juga memiliki wantilan dengan arsitektur kuno.
Dimana pilar-pilarnya menggunakan kayu yang berumur ratusan tahun mulai dari kayu jati, sentul, dan waru.
Dengan keunikannya, sudah ada 6 mahasiswa yang melakukan penelitian di banjar ini.
"Saya catat ada 5 mahasiswa S1 dari Udayana, Saraswati, UNHI, maupun IHDN melakukan penelitian terkait bale kulkul yang dihiasi piring. Dan ada juga satu orang yang mengangkatnya menjadi tesis," katanya. (*)