Serba Serbi
Palinggih Rong Tiga, Sebagai Simbol Harapan Umat Hindu Capai Moksa
Sebab salah satu bagian Panca Sradha ini, berarti kembalinya atau menyatunya atman/roh dengan Brahman (Tuhan), guna mencapai kebahagiaan yang abadi
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Moksa adalah tujuan akhir setiap umat Hindu, khususnya di Bali.
Sebab salah satu bagian Panca Sradha ini, berarti kembalinya atau menyatunya atman/roh dengan Brahman (Tuhan), guna mencapai kebahagiaan yang abadi.
"Untuk mencapai moksa tersebut, telah diwujudkan dengan simbol-simbol di dalam tata cara pelaksanaan agama Hindu di Bali," ujar Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti kepada Tribun Bali, Selasa 25 Mei 2021.
Satu diantara simbol tersebut, adalah dengan palinggih Rong Tiga atau Kamulan di tiap-tiap sanggah atau merajan umat Hindu di Bali.
Baca juga: Ini Kaitan Panca Sradha Serta Catur Purusa Artha dengan Moksa dalam Agama Hindu
Pelinggih Rong Tiga atau Kamulan ini, umumnya memiliki bangunan dengan tiga ruang.
Serta merupakan palinggih pokok di merajan. Termasuk palinggih Taksu yang sama pentingnya.
Pentingnya palinggih Kamulan, kata beliau, adakah sebagai tempat untuk menghaturkan bhakti kepada leluhur. Sekaligus bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sedangkan palinggih Taksu, adalah sebagai pancaran kharisma atau daya magis dari merajan dan rumah pemiliknya.
"Berbicara tentang fungsi dan makna Palinggih Rong Tiga, atau Kamulan. Sesungguhnya telah banyak dijumpai dalam beberapa tulisan lontar," jelas ida.
Diantaranya Lontar Gong Wesi, Lontar Purwabhumi Kamulan, Lontar Tattwa Kapatian, Lontar Usana Dewa, Lontar Siwagama dan lain sebagainya.
Dalam Lontar Gong Besi, dapat dikaji bahwa Palinggih Kamulan memiliki rong tiga.
Fungsinya sebagai tempat berstana leluhur (roh ibu dan bapak). Pada ruang di sebelah kanan dan kiri.
Sedangkan ruang yang ada di tengah-tengah, adalah tempat roh ibu dan bapak setelah statusnya naik dan bersatu dengan sang pencipta.
Sehingga ruang yang ditengah-tengahnya, adalah tempat berstananya Sang Hyang Tunggal atau Tuhan itu sendiri.
Baca juga: Mengenal Nitisastra dalam Hindu, Ajaran atau Ilmu Pengetahuan tentang Kehidupan Bernegara