Berita Bali

Meminta Keselamatan Hingga Keturunan, Berikut Kisah Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk

Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk, adalah satu diantara pura yang cukup tua di Bali.

Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
I Made Diartawan, Pekaseh Gede (Ageng) Krama Subak Sukawati - Meminta Keselamatan Hingga Keturunan, Berikut Kisah Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk 

Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk, adalah satu diantara pura yang cukup tua di Bali.

Sebab dalam lontar Dwijendra Tatwa, dijelaskan bahwa Pura Er Jeruk dibangun ketika Dang Hyang Dwijendra melakukan dharma yatra dari Uluwatu menuju Goa Lawah.

Dang Hyang Dwijendra (Nirartha) menginjakkan kakinya pertama kali ke Bali pada 1489 masehi.

Dang Hyang Dwijendra dikenal sebagai tokoh pembaharuan dalam Agama Hindu.

Baca juga: Kisah Angker Pura Goa Sudamala di Selat Karangasem, Bila Terkena Desti Hingga Cetik Bisa Disembuhkan

Pura Er Jeruk merupakan salah satu pura, hasil pembaharuan yang dilakukan beliau.

Sehingga melahirkan wujud seperti sekarang ini.

Pura ini cukup luas, dan memiliki banyak palinggih di dalamnya.

“Bhatara yang malinggih (berstana) di dalam salah satunya Ida Bhatara Putranjaya atau Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh,” jelas I Made Diartawan, Pekaseh Gede (Ageng) Krama Subak Sukawati.

Kepada Tribun Bali, Rabu 23 Juni 2021, ia menjelaskan bahwa krama subak Sukawati ini terdiri dari 13 tempekan.

Subak tempekan inilah yang kemudian setiap satu tahun sekali menyelenggarakan upacara di Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk.

Anggota subak ini, kata dia, terdiri dari 800 diri dengan wilayah sekitar 400 Ha.

Namun tentunya wilayah ini mengalami penyusutan, karena adanya alih fungsi lahan.

“Perkembangan subak ini, tetap seperti aturan-aturan atau awig-awig Subak Gede Sukawati,” katanya.

Subak Gede Sukawati, jelas dia, adalah pangempon Pura Er Jeruk dan Pura Lumbung di Desa Sukawati.

Termasuk juga Pura Masceti, Pura Beji, dan Pura Ulun Suwi masing-masing subak.

“Pangempon Pura ini semuanya dari wilayah Sukawati,” jelasnya.

Pura Er Jeruk, juga dalam proses pembuatan prasasti atau purana pura.

Hal itu, akan diajukan ke tingkat kabupaten, provinsi dan bahkan ke pemerintah pusat.

Supaya Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk ini, diakui oleh pusat untuk pemeliharaan dan pembangunan berkelanjutan serta bisa difasilitasi pemerintah.

Pujawali atau piodalan di Pura Er Jeruk jatuh pada Buda Kliwon Pahang, yakni setahun sekali.

Tetapi untuk odalan di pura, terjadinya dua kali setahun.

Setiap enam bulan disebut odalan sesepen dan satu tahun disebut odalan nadi atau ageng.

Setiap hari pura ini dibuka, untuk menerima undangan umat Hindu sedharma.

“Biasanya yang sembahyang ke sini memohon keselamatan dan rezeki,” katanya.

Ada palinggih Bhatara Ratu Penganten atau Brayut, di dalam area pura.

Palinggih itu terlihat cukup tua, dan termasuk ke dalam cagar budaya.

“Kalau ke Bhatara Ratu Brayut, biasanya bagi pamedek yang ingin memiliki keturunan. Maka bisa memohon kepada beliau,” jelasnya.

Baca juga: Kisah di Balik Berdirinya Pura Dalem Pangembak, Patung yang Dibuat Jero Mangku Bisa Tertawa Sendiri

Ia mengatakan, banyak pejabat pemerintah baik pusat, daerah, provinsi datang sembahyang di tengah malam.

Tujuannya tentu saja memohon keselamatan.

Kemudian memohon agar diberikan jalan dan petunjuk sinar serta lain sebagainya. (*).

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved