Corona di Bali
PPKM Darurat, Petugas Melaksanakan Pengawasan di Gereja GPIB Ekklesia Bali
Petugas di wilayah Bandara Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung , Bali, melaksanakan pengamanan dan monitoring PPKM Darurat
Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ahmad Firizqi Irwan
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Petugas di wilayah Bandara Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung , Bali, melaksanakan pengamanan dan monitoring PPKM Darurat, Minggu 4 Juli 2021.
PPKM Darurat dilaksanakan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di daerah Bali.
Pada hari kedua PPKM Darurat, petugas melakukan pengawasan di Gereja GPIB Ekklesia Bandara Udara I Gusti Ngurah Rai.
Menurut keterangan Kapolsek Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai AKP I Ketut Darta didampingi Kasubbag Humas Polresta Denpasar Iptu I Ketut Sukadi, pada Minggu 4 Juli 2021 pagi, terpantau jamaat gereja tidak melaksanakan peribadahan di Gereja GPIB Ekklesia Bandara Udara I Gusti Ngurah Rai.
Baca juga: Borong Nasi Jinggo, Kapolres Gianyar: PPKM Darurat Bukan Membatasi Masyarakat Mencari Nafkah
"Untuk kegiatan hari kedua PPKM Darurat, di Gereja GPIB Ekklesia Bandara I Gusti Ngurah Rai tidak dilaksanakan peribadahan," ujar Iptu I Ketut Sukadi, Minggu 4 Juli 2021.
Lebih lanjut, Gereja GPIB Ekklesia sebelumnya sudah mengadakan rapat mengenai kembalinya kegiatan PPKM di Pulau Jawa dan Bali.
Sesuai SE Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2021 tentang pemberlakuan PPKM Darurat Covid-19 diputuskan pelaksanaan kegiatan ibadah tatap muka di Gereja ditiadakan sampai tanggal 20 Juli 2021.
"Kegiatan ibadah sementara waktu dilaksanakan secara virtual, sehingga pelaksanaan PPKM Darurat bisa berjalan dengan baik," tambahnya.
"Peniadaan kegiatan di tempat ibadah termasuk di Gereja Ekklesia sudah sesuai anjuran pemerintah dan apa yang sudah diterapkan di Gereja Ekklesia patut dicontoh untuk menekan penyebaran Covid-19,"tutup Iptu I Ketut Sukadi.
Gara-gara PPKM Darurat, Pedagang Oleh-oleh di Pantai Sanur Denpasar 'Menjerit'
PPKM Darurat membuat pedagang oleh-oleh di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, menjerit.
Setelah setahun lebih dihantam pandemi Covid-19 ditambah dengan pemberlakuan PPKM Darurat, mereka pun semakin terpuruk.
Bak tertimpa tangga bertubi-tubi, di saat ada harapan untuk bangkit malah semakin terpuruk.
Kondisi ini dialami oleh seorang pedagang bernama Wayan Darmi (55).
“Tidak ada pembeli, sulit mencari pemasukan untuk uang dapur sehari-hari,” kata Darmi, Minggu 4 Juli 2021.
Baca juga: Monev Hari Kedua PPKM Darurat, Bupati Suwirta Ajak Masyarakat Berfikir Positif
Meskipun ia tetap buka, namun itu tak berdampak pada omset penjualannya.
Sejak pandemi melanda, omzetnya terjun bebas hingga 100 persen dalam sehari.
“Sehari tak dapat jualan itu sering saya alami sejak pandemi. Dulu sebelum pandemi setidaknya Rp 500 pasti dapat. Apalagi sekarang dengan adanya PPKM Darurat,” katanya.
Sebagai seorang pedagang, dirinya pun hanya pasrah dengan keadaan ini.
Tak ada tempat lain lagi untuk mengais rejeki selain dengan berjualan oleh-oleh dan pernak-pernik.
Hampir 10 tahun lebih dirinya berjualan di tempat ini, baru kali ini ia merasakan dampak yang serius.
“Tamu tidak ada, yang belanja hanya wisatawan lokal dan domestik dan biasanya mereka beli sandal atau baju,” katanya.
Keadaan ini pun semakin sulit ketika PPKM Darurat diberlakukan dan suaminya sudah tak bekerja lagi.
Baca juga: Denpasar Gelar PPKM Darurat, Pembelajaran Tatap Muka Menggantung
“Suami tak kerja, dulu jadi tukang parkir, tapi sudah berhenti karena sekarang pakai komputer dan suami saya tak bisa pakai komputer,” katanya.
Dengan kondisi ini ia pun mengaku harus berjuang lebih keras agar bisa mendapat uang untuk mengepulkan asap dapur.(*).
Kumpulan Artikel Corona di Bali