Euro 2020

Penyebab Kekalahan Inggris dari Italia di Final Euro 2020, Gara-gara Parkir Bus di Babak Kedua

Inggris yang menjadi nenek moyangnya sepak bola, kali ini gagal memenangi Piala Eropa 2020 atau Euro 2020.

CARL RECINE / POOL / AFP
Reaksi para pemain Inggris setelah gol pertama Italia dalam pertandingan final sepak bola final UEFA EURO 2020 antara Italia dan Inggris di Stadion Wembley di London pada 11 Juli 2021. CARL RECINE / POOL / AFP 

Tetapi strategi ini tak membuahkan hasil, Masuknya Jordan Henderson dan Jack Grealish gagal menembus pertahanan Italia.

Hingga 90 menit berakhir, skor tetap imbang 1-1.

Di babak perpanjangan waktu 2 x 15 menit, Inggris kembali mengatur permainannya dan mengambil inisiatif serangan.

Mereka juga sedikit diuntungkan dengan digantinya beberapa pemain andalan Italia seperti Chiesa yang cedera, kemudian Insigne, serta Marco Verrati.

Akan tetapi tak ada gol tercipta. Kane tampil melempem, Begitu juga Sterling seperti kehilangan sentuhan.

Jelang menit-menit akhir, Southgate memasukkan Marcus Rashford dan Jadon Sancho. Keduanya disiapkan sebagai algojo adu penalti.

Pertandingan akhirnya benar-benar harus diakhiri dengan adu tendangan penalty, karena skor tetap 1-1.

Bayangan buruk akan kekalahan adu penalti di Stadion Wembley seperti semifinal Euro 1996 pun menyeruak.

Saat itu, Inggris kalah adu penalti dari Jerman 5-6. Eksekutor Inggris yang gagal adalah Gareth Southgate yang saat ini memimpin The Three Lions.

Dan benar saja, Southgate kembali mengalami malam yang buruk di Wembley. Inggris kalah adu penalti 2-3 dari Italia.

Publik Inggris kembali menangis. Mereka untuk kesekian kalinya gagal mengakhiri kutukan selama 55 tahun untuk merebut trofi juara.

Pemilihan eksekutor penalti juga menjadi salah satu faktor penyebab kekalahan Inggris dari Italia.

Rashford dan Sancho yang disiapkan sebagai eksekutor justru gagal.

Keduanya tampak belum “panas” karena baru bermain beberapa menit, sehingga eksekusinya tidak maksimal.

Dan, pemilihan Saka yang menjadi penendang terakhir juga dipertanyakan. Mengingat usia pemain Arsenal ini yang masih sangat belia.

Saka baru 19 tahun dan harus memikul beban berat sebagai eksekutor penalti di babak final.

Ia menjadi penendang terakhir Inggris saat kedudukan 2-3 untuk Italia, setelah Jordan Pickford menggagalkan tendangan Jorginho.

Saka pun memikul beban teramat berat. Ia harus menjadi penentu.

Bila gol, maka Inggris bisa menyamakan kedudukan. Namun bila gagal, maka Inggris kalah.

Hasilnya, Saka gagal menjadi eksekutor penalti. Tendangan kaki kirinya dengan muda mampu dibaca dan diblok oleh Donnarumma.

Inggris pun akhirnya kalah 2-3. Saka dalam sorotan, dan Donarumma menjadi pahlawan.

Dengan hasil ini Inggris gagal meraih juara lagi setelah memenangi satu-satunya gelar di Piala Dunia 1966 di Wembley.

Sekaligus gagal mendapatkan trofi pertama di ajang Piala Eropa sejak 1960.

Sebaliknya, bagi Italia ini menjadi trofi keduanya di Piala Eropa. Sebelumnya mereka meraihnya di tahun 1968.

Italia memperlihatkan pengalaman dan mental juara mereka di babak final Euro 2020 lawan Inggris.

Itu pula yang menjadi kunci kemenangan pasukan Roberto Mancini.

Italia pun sangat layak menjuarai Euro 2020 ini dengan melihat perjalanan mereka yang gemilang dengan hasil nyaris sempurna sejak penyisihan grup.

Mereka selalu menang, termasuk menyingkirkan dua tim kuat yang jadi favorit juara yaitu Belgia di perempat finall dan Spanyol di babak semifinal. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved