Serba Serbi
Sarana Roh Halus, Ini Bedanya Cetik dan Bebai di Bali
konsep Tri Hita Karana sangat dipegang teguh masyarakat Bali. Yakni saling menghormati, antar manusia, kepada alam semesta atau lingkungan dan kepada
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Diantaranya harus diketahui, wuku, saptawara, dan pancawara serta hari lahirnya. Kemudian jam saat seseorang berobat juga sangat berpengaruh, dalam membantu proses pengobatannya.
“Setelah diketahui semuanya baru bisa ditentukan batu apa yang akan digunakan untuk mengobati,” sebutnya di Denpasar.
Ia menjelaskan, satu diantara sarana untuk membantu menyerap energi negatif adalah fosil dari kayu atau di Bali disebut les.
Fosil kayu ini, harus sudah mengalami pengerasan dalam usia tertentu sampai memasuki 3-4 skala mohs.
“Ada beberapa fosil yang bisa kita gunakan untuk mengobati penyakit. Contohnya penyakit dari laut kita bisa menggunakan fosil tersebut. Namun harus disadari dengan jnana dari seorang praktisi crystal healing,” tegasnya. Sehingga apa yang dijalankan dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Jero Bayu Gendeng, sapaan akrabnya, menjelaskan bebai dan santet biasanya menggunakan sarana roh atau mahluk hidup dengan ritual tertentu.
“Jadi saya sarankan, ketika menggunakan media crystal healing itu harus praktisi yang jnananya bagus sekali, sebab harus mengurangi sentuhan,” katanya.
Menangani bebai, tegas ia, maka seorang praktisi harus mengurangi sentuhan ke pasiennya karena sifat bebai ini hidup dan bisa berpindah ke sang praktisi.
Hal itu ia dapatkan dari mempelajari berbagai literasi, contohnya lontar bebai, cetik, dan lain sebagainya. Serta mendapatkan arahan dari berbagai maha guru, nabe, dan lain sebagainya.
Khusus untuk cetik, kata dia, adalah racun yang didoakan atau diberikan mantra dan diberikan energi kekuatan. Arsenik pun, atau lebih dikenal dengan sebutan portas masih digolongkan ke dalam cetik.
Baca juga: Mengenal Cetik, Racun Tradisional Bali, Dua Jenis Cetik Ini Paling Berbahaya
Salah satu sarana cetik, adalah kepiting berwarna merah dengan doa tertentu untuk menguatkannya. Kerikan gangsa atau gong yang dikerik adalah salah satu bahan daripada cetik. Ada juga cetik cerongcong polo dan lain sebagainya.
“Makanya cetik pada umumnya lebih dahsyat bila masuk ke dalam tubuh manusia,” katanya.
Ketika masuk ke dalam tubuh manusia, cetik ini biasanya melalui perantara makanan dan minuman. “Jarang cetik itu melalui perantara udara, walaupun ada tapi jarang terjadi,” imbuhnya.
Berbeda dengan bebai, yang bisa melalui perantara udara. Namun apabila cetik harus masuk ke dalam tubuh manusia. “Jadi kalau dicek medis akan keluar hasil penyakit medis padahal aslinya dari non medis,” tambah pria asli Klungkung ini.
Cetik ini, tergantung daripada waktu kerjanya. Sehingga semakin lama waktu kerjanya semakin bagus cetik itu bekerja.