Serba Serbi

Mahabharata dan Kisahnya, Menggambarkan Kehidupan Sosial Budaya Hingga Filsafat Agama Hindu

Dikenal pula dengan sebutan Sri Krishna Dwipayana, ia merupakan putra dari Maharsi Parasara. Kemudian ibunya bernama Dewi Setyawati

Editor: Wema Satya Dinata
Instagram antv_official
ilustrasi Mahabharata 

Dikisahkan Arjuna berhasil menyelamatkan diri dari kepungan pasukan Korawa. Bhima dan Satyaki menerobos pasukan Korawa untuk menyelamatkan Arjuna.

Di parwa ini pula Drona meninggal dunia, dan disaksikan anaknya Aswathama. Bhagawan Wiyasa hadir mengumandangkan doa-doa atas keselamatan Krishna dan Arjuna.

Pada parwa ini juga dikisahkan kematian Abimanyu dan Gatotkaca. Parwa kedepalan adalah Karna Parwa, yang menceritakan Karna saat menjadi panglima perang Korawa. Karena gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca membuat Bhima dan Arjuna mengamuk.

Bhima akhirnya berhasil membunuh Dursasana dan darahnya diminum untuk menepati janjinya. Lalu Prabu Salya menjadi kusir kereta Karna, namun akhirnya mereka bertengkar. Lalu Arjuna berhasil membunuh Karna dengan panah Pasupati pada hari ke-17.

Salya Parwa, adalah parwa kesembilan yang mengisahkan Prabu Salya menjadi panglima perang pihak Korawa. Prabu Salya gugur pada hari ke-18 dibunuh oleh Yudhistira.

Duryodhana ditinggalkan oleh saudara-saudaranya di medan perang Kuruksetra. Duryodhana menyesali semua perbuatannya dan menyerahkan seluruh kerajaan Astina Pura kepada pandawa.

Duryodhana diejek oleh para Pandawa, dan akhirnya berani tampil ke medan perang melawan Bima. Sebelum Duryodhana gugur, ia masih sempat mengangkat Aswathama sebagai panglima perang.

Lalu Sauptika Parwa, yang menceritakan Aswathama. Maharsi Kripa dan orang-orang Korawa menghadap Duryodhana, yang menderita kesakitan akibat pahanya dipatahkan Bima.

Namun Aswathama masih bisa melarikan diri dan menyusup ke kemah Pandawa. dan Panca Kumara terbunuh, lalu kepalanya dipersembahkan kepada Duryodhana. Di sini pula diceritakan terbunuhnya Dhrstadyumna.

Aswathama berlari ke tengah hutan dan berlindung di pertapaan Bhagawan Wiyasa untuk menyampaikan penyesalannya.

Pandawa menyusul, dan terjadi perkelahian antara Aswathama dengan Arjuna. Namun Bhagawan Wiyasa dapat menyelesaikan pertikaian itu. Sehingga akhirnya Aswathama menyerahkan semua kesaktiannya, lalu memutuskan diri untuk menjadi pertapa.

Parwa kesebelas, adalah Stri Parwa yang mengisahkan kesedihan Prabu Dhrstarastha atas kekalahan dan kematian putra-putranya. Ia sangat benci kepada Bima, dan ingin menghancurkannya.

Yudhistira menyelenggarakan upacara persembahan air suci kepada arwah leluhur, dan pada waktu itu Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna, yang telah ia rahasiakan sejak lama.

Santi parwa, menceritakan ketika Prabu Dhrstarastha, Gandhari, Pandawa, dan Sri Krishna beserta istri para pahlawan mendatangi Kuruksetra. Mereka semua menyesali kejadian itu dan menangis. Yudhistira merasa sangat berdosa dan sedih, karena membunuh orang tua, saudara serta sanak keluarganya. Maharsi Bhisma memberi wejangan kepada Yudhistira tentang ajaran Raja Manusarana.

Sri Krishna dan Bhagawan Wiyasa berusaha memberi wejangan kepada Yudhistira agar batinnya tentram dan akhirnya ia menjadi raja. Anusasana Parwa, adalah kisah Yudhistira yang dengan kebulatan hatinya menerima ajaran-ajaran Maharsi Bhisma yang diwariskan. Ajaran tersebut adalah dharma, artha, aturan kedermawanan dan sebagainya. Setelah itu Maharsi Bhisma wafat dan jasadnya dibakar.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved