Berita Bali

Fenomena Tak Lazim, Banyak Hotel di Bali Dijual di Marketplace, Ini Kata Wagub Cok Ace

Banyak hotel di Bali harus dijual akibat pandemi Covid-19. Ironisnya, banyak hotel sampai dijual melalui platform pasar daring (marketplace).

Penulis: Ragil Armando | Editor: Komang Agus Ruspawan
(oatawa)
Ilustrasi hotel 

Pun begitu, dirinya berharap agar para pengusaha hotel tersebut dapat mempertahankan hotelnya demi kelangsungan para pekerja pariwisata yang bergantung nasibnya pada para pengusaha tersebut.

Namun, pihaknya menghormati jika ada para pengusaha yang memutuskan untuk menjual hotelnya untuk penyelamatan asetnya.

“Kalau bisa bertahan, sama-sama lah kita bertahan untuk menjaga aset-aset kita di Bali jangan sampai lepas semua. Ini masalah sensitif sekali, kalau saya bilang jangan, saya nggak bisa katakan kapan selesainya persoalan Covid ini, karena ini betul-betul soal pandemi,” tandasnya.

Baca Juga: Wujudkan Destinasi Wisata Bebas Covid-19, ITDC Manfaatkan Aplikasi PeduliLindungi di The Nusa Dua 

Di sisi lain, menurut Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto melihat kondisi banyaknya hotel yang dijual lewat marketplace tersebut tidak lazim untuk transaksi dan penjualan skala investasi besar seperti menjual satu gedung.

"Biasanya, pemilik gedung tidak akan terbuka seperti itu," ujar Ferry beberapa waktu lalu.

Dia melanjutkan, para pemilik hotel lebih banyak bergerak silent (diam-diam) dan menghubungi calon investor besar yang memang serius berinvestasi.

Pertimbangan lainnya adalah para calon investor tersebut memiliki kemampuan finansial secara private.

Selain itu, para pemilik hotel biasanya juga akan meminta bantuan agen atau konsultan yang punya reputasi besar.

Jika dijual melalui marketplace seperti itu, kata Ferry, para pemilik hotel pasti akan kewalahan menyaring calon pembeli mana yang serius, mana yang hanya survei harga, dan mana yang mau jadi calo dadakan.

Namun, Ferry mengaku tidak tahu pasti mengapa fenomena hotel dijual di sejumlah marketplace bisa terjadi.

Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Agung Rai Suryawijaya mengakui kini banyak aset hotel dan restoran di Badung yang dijual disebabkan oleh dampak dari pandemi Covid-19.

"Selain itu tingginya biaya operasional yang diperlukan juga menyebabkan puluhan hotel terpaksa dijual. Bahkan ada juga beberapa hotel yang dijual," katanya

Dirinya mengatakan sampai bulan Juni hotel dan restoran yang sudah dijual dan pailit ada sekitar 50.

Dirinya menyebutkan, untuk hotel bintang tiga dengan 100 kamar dalam kondisi buka diperlukan biaya operasional mencapai Rp 300 juta sampai Rp 400 juta.

Sedangkan dalam keadaan tutup diperlukan biaya minimal Rp 50 juta sampai Rp 100 juta perbulannya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved