Corona di Bali

Dampak Pandemi, Banyak Hotel Dijual di Marketplace, Wagub Bali Berharap Pengusaha Mempertahankannya

Pandemi Covid-19 menghantam berbagai sektor tidak hanya kesehatan, tetapi juga sektor perekonomian.

Penulis: Ragil Armando | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Ragil Armando
Wagub Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace - Dampak Pandemi, Banyak Hotel Dijual di Marketplace, Wagub Bali Berharap Pengusaha Mempertahankannya 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pandemi Covid-19 menghantam berbagai sektor tidak hanya kesehatan, tetapi juga sektor perekonomian.

Bali sebagai daerah yang menggantungkan perekonomiannya dari sektor pariwisata menjadi yang paling telak mendapat pukulan akibat pandemi tersebut.

Bahkan, akibat pandemi Covid-19 telah menyebabkan Bali mengalami kontraksi yang dalam, yakni mencapai minus 9,85 persen hingga triwulan I-2021.

Hal itu ikut membuat industri perhotelan sebagai salah satu penunjang pariwisata seperti mengibarkan bendera putih.

Baca juga: Lanal Denpasar Gelar Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua, Targetkan 500 Orang Lebih

Akibatnya, sejumlah pengelola hotel terpaksa menutup operasionalnya untuk sementara waktu.

Dampak dari pandemi ini memunculkan fenomena sejumlah hotel di Bali dijual melalui platform pasar daring (marketplace).

Sebut saja, sebuah hotel di kawasan Sunset Road Kuta yang dijual Rp 65 miliar di situs marketplace Facebook.

Selain itu, sebuah hotel bintang 5 di kawasan Ubud, Gianyar dijual Rp 275 miliar situs jual beli properti Lamudi.

Terkait fenomena tersebut, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace ikut buka suara.

Kepada Tribun Bali, Cok Ace mengatakan, fenomena hotel dijual tersebut merupakan hal yang wajar.

Bahkan, menurutnya, hal ini sudah terjadi jauh sebelum pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, khususnya Bali.

"Hotel dijual ya sebenarnya masalah dari sebelum Covid juga sudah ada. Cuma waktu itu tidak terlalu menonjol jumlahnya karena memang ada orang bergerak dalam bidang jual-beli hotel, properti," katanya, Jumat 30 Juli 2021.

Hanya saja, pria yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali ini mengakui, di masa pandemi ini justru penjualan hotel di Bali semakin meningkat.

"Cuma di masa Covid ini makin menonjol akhir-akhir ini," akunya.

Dia mengatakan, penyebab banyaknya para pengusaha yang memilih menutup hotelnya dan menjualnya tersebut akibat tidak bisanya menahan serangan pandemi yang menggerogoti perekonomian mereka.

Sehingga, salah satu langkah untuk penyelamatannya adalah dengan jalan menjual aset yang dimilikinya, seperti hotel.

"Saya melihat hotel itu usaha, basic-nya adalah untung dan rugi. Ketika dia sudah nggak bisa menahan keadaan ekonomi sekarang pasti larinya akan ke sana (menjual)," ujarnya.

Cok Ace mengaku memaklumi keputusan yang diambil para pengusaha yang memilih menutup dan menjual hotelnya tersebut.

"Jadi saya kira itu sebuah keputusan yang bisa kita maklumi. Karena saya juga bagian dari orang-orang seperti itu (pengusaha hotel). Di masa seperti ini sangat tertekan banget. Jadi saya yakin mereka juga melepas hotelnya dalam harga yang sesuai mereka inginkan, apalagi di tengah kondisi sekarang. Pilihan itu juga harus diambil. Kalau diperpanjang, risikonya lebih panjang," jelasnya.

Saat disinggung apakah fenomena ini justru akan menghilangnya pamor pariwisata Bali yang sudah terkenal mendunia tersebut, mantan Bupati Gianyar itu menampiknya.

Dia menyebutkan, persoalan jual-beli hotel tersebut hanya persoalan perpindahan kepemilikan semata.

"Bukan, ini kan pindah tangan saja,” katanya.

Jika mengacu pada data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) Bali pada 2020 jumlah hotel di Bali 380 buah, yang terdiri dari 11 hotel bintang I, 51 hotel bintang II, 140 hotel bintang III, 116 hotel bintang IV, dan 62 hotel bintang V.

“Karena teman-teman di Bali hotelnya kan hotel warisan, karena hotel memang bergerak dalam bidang hotelier,” ungkap Cok Ace.

Baca juga: Tidak Nafsu Makan saat kena Covid-19, Begini Cara Mengatasinya

Cok Ace berharap para pengusaha hotel tersebut dapat mempertahankan hotelnya demi kelangsungan para pekerja pariwisata yang bergantung nasibnya pada para pengusaha tersebut.

Namun, pihaknya menghormati jika ada para pengusaha yang memutuskan untuk menjual hotelnya untuk penyelamatan asetnya.

“Kalau bisa bertahan, sama-sama lah kita bertahan untuk menjaga aset-aset kita di Bali. Jangan sampai lepas semua. Ini masalah sensitif sekali. Kalau saya bilang, saya nggak bisa katakan kapan selesainya persoalan Covid ini, karena ini betul-betul soal pandemi,” tandasnya.

Di sisi lain, Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto melihat kondisi banyaknya hotel yang dijual tersebut tidak lazim untuk transaksi dan penjualan skala investasi besar seperti menjual satu gedung.

"Biasanya, pemilik gedung tidak akan terbuka seperti itu," ujar Ferry beberapa waktu lalu.

Dia melanjutkan, para pemilik hotel lebih banyak bergerak silent (diam-diam) dan menghubungi calon investor besar yang memang serius berinvestasi.

Pertimbangan lainnya adalah para calon investor tersebut memiliki kemampuan finansial secara private.

Selain itu, para pemilik hotel biasanya juga akan meminta bantuan agen atau konsultan yang punya reputasi besar.

Jika dijual melalui marketplace seperti itu, kata Ferry, para pemilik hotel pasti akan kewalahan menyaring calon pembeli mana yang serius, mana yang hanya survei harga, dan mana yang mau jadi calo dadakan.

Namun, Ferry mengaku tidak tahu pasti mengapa fenomena hotel dijual di sejumlah marketplace bisa terjadi.

Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Agung Rai Suryawijaya mengakui kini banyak aset hotel dan restoran di Badung yang dijual disebabkan oleh dampak dari pandemi Covid-19.

"Selain itu tingginya biaya operasional yang diperlukan juga menyebabkan puluhan hotel terpaksa dijual. Bahkan ada juga beberapa hotel yang dijual," katanya

Sebelumnya, dirinya mengatakan sampai Juni hotel dan restoran yang sudah dijual dan pailit ada sekitar 50.

Dirinya menyebutkan, untuk hotel bintang tiga dengan 100 kamar dalam kondisi buka diperlukan biaya operasional mencapai Rp 300 juta sampai Rp 400 juta.

Sedangkan dalam keadaan tutup diperlukan biaya minimal Rp 50 juta sampai Rp 100 juta per bulan.

"Kalau dilihat dari tingkat hunian yang saat ini hanya 10 persen dari jumlah kamar yang tersedia di Bali melebihi 146 ribu," katanya

Dirinya mencontohkan, kalau hunian hotel 7.000 sampai 9.000 wisatawan itu jumlahnya masih sangat sedikit. Bahkan semua itu pun tentunya tidak sebanding.

Dia mengatakan, penjualan hotel ini tentunya juga tidak dapat memberikan keuntungan bagi pemilik maupun karyawan.

Pasalnya hotel yang dijual sudah pasti dengan harga yang lebih rendah dari harga normal sebelum pandemi.

Baca juga: 669 Tracer Banyuwangi Dibentuk Perkuat Tracing Putus Rantai Penularan Covid-19

"Di kondisi normal harga hotel dapat mencapai Rp 100 miliar. Kalau sekarang harganya turun sampai 20 persen. Anggaplah mampu menjual Rp 75 miliar sampai Rp 85 miliar," bebernya.

Sebelumnya, Bupati Badung Nyoman Giri Prasta enggan mengomentari banyaknya hotel di Kabupaten Badung yang dijual akibat kondisi pariwisata di Badung tengah mati suri.

Pihaknya mengaku semua itu merupakan manajemen hotel yang sudah dilakoni oleh para pengusaha.

"Untuk itu (penjualan hotel, Red) saya tidak mau berkomentar. Karena itu kewenangan manajeman hotel," ujar Giri Prasta saat ditemui, beberapa hari lalu.

Pihaknya mengatakan, di Kabupaten Badung sejatinya terdapat yang milik pribadi dan yang lain.

Masalah untuk ke dalam terkait penjualan hotel itu pihaknya mengaku tidak mau masuk di dalamnya.

"Saya tidak bisa masuk ke dalam. Ketika terjadi transaksi oleh mereka, siapa pun atau bagaimana itu bentuknya yang penting ingat BPHTB," bebernya.

Disinggung apakah ada imbauan untuk pelaku pariwisata, dirinya mengaku tidak ada imbauan.

Pasalnya semua itu masalah teknis antara perusahaan atau perseorangan.

"Mereka kan sudah menghitung Break Even Point (BEP). Jadi yang penting ingat BPHTB," katanya.

Sempat Menggeliat

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung mengakui banyak hotel dan restoran di wilayahnya pailit karena minimnya wisatawan.

Sebenarnya wisatawan domestik kabarnya sempat menggeliat sebelum diberlakukannya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Kendati demikian kondisi itu belum bisa menutup biaya pemeliharaan hotel yang cukup tinggi, meski tidak beroperasi maksimal selama pandemi.

Ketua PHRI Badung, I Gusti Agung Rai Suryawijaya mengakui pariwisata Bali sempat menggeliat sebelum PPKM Darurat.

Bahkan dirinya mengatakan tingkat kunjungan sempat mencapai sempat 7 ribu hingga 9 ribu wisatawan domestik.

"Sebelum PPKM sempat ramai sedikit, hanya saja wisatawan domestik. Tapi lumayan kalau tetap bisa taat prokes," katanya, Kamis 29 Juli 2021.

Dia mengatakan, setelah PPKM Darurat hingga diperpajang sampai 2 Agustus kunjungan langsung down di bawah 1.000 per hari.

"Kalau domestik kita kan mengandalkan kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung dan yang lainnya. Tapi kini sudah makin terpuruk," ujarnya.

Menurutnya, kondisi tersebut yang mendorong semakin banyaknya hotel dan restoran yang menjual asetnya lantaran tidak bisa bertahan.

Sayangnya, Suryawijaya tidak dapat menyebutkan jumlah akomodasi pariwisata yang beralih tangan.

"Secara konkret datanya memang sulit, karena mereka (pengusaha, Red) menjual secara diam-diam, tapi bisa dilihat di lapangan banyak yang dipasarkan. Selain itu barang-barang hotel kini juga banyak yang dijual," katanya.

Kendati demikian, Rai Suryawijaya mengakui tidak bisa berbuat banyak.

Sebab, keputusan mempertahankan atau menjual aset merupakan keputusan pemilik.

Kendati demikian, pihaknya berharap perhatian pemerintah dengan memberikan stimulus kepada pengusaha, sehingga dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Nasi Uduk Mpok Dve Bagikan Nasi Bungkus & Paket Sembako Gratis di Denpasar

"Kami sulit memberikan imbauan untuk tidak menjual hotel, karena kalau bisa bertahan pengusaha pasti bertahan. Kalau tidak bisa, pastinya dijual. Saya berharap pemerintah segera meluncurnya bantuan, seperti pinjaman lunak agar pengusaha bisa bertahan," katanya. (gil/gus)

Kumpulan Artikel Corona di Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved