Berita Jembrana

Masuki Musim Penghujan, Jembrana Gelar Fogging untuk Tangkal DBD

Memasuki musim penghujan, rentan terjadi penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
pixabay.com
Ilustrasi - Nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. 

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Beberapa hari belakangan, hujan deras melanda Kabupaten Jembrana.

Memasuki musim penghujan, rentan terjadi penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty.

Pihak terkait pun menggelar penyemprotan di sarang-sarang tempat bertelurnya nyamuk dengan pelaksanaan fogging.

Kepala Dinas Kesehatan Jembrana I Gusti Bagus Ketut Oka Parwata mengatakan, fogging atau pengasapan yang dilakukan oleh petugas Dinkes Jembrana dilakukan seiring memasuki musim penghujan.

Baca juga: Begini Cara Masuk dan Mendaftar di Aplikasi IBAN Agar Warga Jembrana Dapat Bansos Saat PPKM Level 4

Terutama di kawasan yang rentan terjadi kasus, berkaca dari kasus tahun sebelumnya.

Hal ini dilakukan sebagai antisipasi tingginya kasus demam berdarah, apalagi sampai menyebabkan meninggal dunia bagi warga yang terjangkit.

“Fogging dilakukan setiap pagi dengan menyasar daerah potensi penularan demam berdarah yang tinggi,” ucapnya Rabu 31 Agustus 2021.

Baca juga: Warga Jembrana Keluhkan Kondisi Beras Bantuan dari Kemensos

Oka menjelaskan, bahwasanya pelaksanaan fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa. 

Sedangkan jentik nyamuk dapat dimatikan dengan pelaksanaan 3 M, atau dilakukan menutup rapat tempat penyimpanan air, menguras tempat penampungan air secara rutin, setidaknya seminggu sekali dan mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menyebabkan air menggenang.

“Fogging hanya bersifat membunuh nyamuk dewasa. Untuk jentik maka pelaksanaan 3 M oleh warga harus dilakukan,” ungkapnya.

Dengan demikian, sambungnya, pihaknya meminta kepada masyarakat membantu pemerintah dalam pelaksanaan 3 M.

Baca juga: Jaga Sektor Kelautan dan Perikanan, Menteri KKP Akan Bekali BROL Jembrana dengan Teknologi Mumpuni

Karena demam berdarah merupakan penyakit dengan penularan berbasis lingkungan.

Sehingga penangkalannya harus berbasis lingkungan pula.

Ketika masyarakat menjaga lingkungan bersih maka tidak akan terjadi penularan yang bisa berakibat terserang virus.

“Kami meminta masyarakat supaya menjaga lingkungannya, karena penyakit ini berbasis lingkungan. Lingkungan bersih pasti terhindar. Begitu juga sebaliknya,” ungkapnya.

Baca juga: Anggaran Direfocusing untuk Penanganan Pandemi, Pembangunan Mall Pelayanan Publik Jembrana Ditunda

Sedangkan untuk kasus DBD sendiri, Oka Parwatha menyebut, kasus demam berdarah di Jembrana setiap tahun masih terjadi.

Bahkan sepanjang tahun 2020 lalu, dari total kasus sebanyak 267 kasus, sebanyak 2 orang anak diantaranya meninggal.

Sedangkan tahun 2021, dari bulan Januari hingga Juli sudah terjadi sebanyak 75 kasus. (*)

Berita lainnya di Berita Jembrana

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved