Berita Denpasar
Berjualan Rujak Tumbuk di Pinggir Jembatan di Denpasar, Toni Raup Omzet Rp 18 Juta per Bulan
Minggu 8 Agustus 2021 siang, Toni Iskandar sudah berada di pinggir jembatan Pekambingan, Jalan Pulau Buru, Kelurahan Dauh Puri, Denpasar, Bali.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Membawa pikulan berisi aneka buah dan bumbu, ia duduk di pinggir jembatan yang membelah Tukad Badung.
Sejak dia hadir di sana, pembeli datang silih berganti.
Minggu 8 Agustus 2021 siang, Toni Iskandar sudah berada di pinggir jembatan Pekambingan, Jalan Pulau Buru, Kelurahan Dauh Puri, Denpasar, Bali.
Seperti biasa ia berjualan rujak tumbuk atau bebek khas Bandung.
Baca juga: Kisah Greysia/Apriyani Sebelum Sukses Raih Emas Olimpiade, Lanny: Paling Rajin, Sering Tambahan
Membawa pikulan berisi aneka buah dan bumbu, ia duduk di pinggir jembatan yang membelah Tukad Badung.
Sejak dia hadir di sana, pembeli datang silih berganti.
Barisan kendaraan terparkir di depan tempatnya berjualan. Toni agak kewalahan melayani pembeli.
“Tunggu sebentar ya,” atau “mau menunggu lebih lama, masih ada delapan pesanan lagi?”
Kata-kata itu yang sering Toni ucapkan kepada pembeli.
Saking ramainya, beberapa pembeli memesan kemudian pergi ke tempat tujuan lainnya baru balik lagi untuk mengambil pesanannya.
Bayu, seorang pembeli mengaku sering membeli rujak buatan Toni Iskandar tersebut.
Dia rela menunggu hingga satu jam untuk mendapatkan rujak favoritnya ini.
Ia selalu menyempatkan diri untuk membeli rujak tumbuk.
“Rasanya khas, bumbunya meresap hingga ke dalam buah karena ditumbuk. Beda dengan rujak yang diris-iris,” katanya.
Pembeli lain, Edy Junaedi bernostalgia dengan kampung halamannya karena sudah lama merantau di Bali.
“Kalau saya kangen kuliner Bandung utamanya rujak, saya pasti ke sini. Karena sudah puluhan tahun saya merantau ke Bali, pasti sesekali rindu dengan rujak ini,” kata Edy.
Toni Iskandar menggunakan aneka bumbu mulai dari cabai, gula, garam, terasi, ubi jalar dan pisang krutuk.
Sementara buah terdiri dari mangga, nanas, dan bengkuang.
“Ini memang resepnya asli dari Bandung dan khas. Dengan ditumbuk, semua bumbunya akan meresap ke dalam buah. Itu keunggulan rujak ini,” tutur lelaki asal Bandung yang sudah fasih berbahasa Bali tersebut.
Proses pembuatan rujak ini, pertama semua bumbu dimasukkan ke dalam lesung kecil.
Bumbu ditumbuk hingga halus.
Setelah itu, ia mengiris buah-buahan dan memasukkannya ke dalam lesung.
Buah itu kemudian ditumbuk, namun tidak sehalus bumbu sehingga saat digigit potongan-potongan buah masih terasa.
Membuat satu porsi rujak membutuhkan waktu kurang lebih 10 hingga 15 menit.
Toni menjual satu porsi rujak seharaga Rp 7 ribu.
Tanpa perlu membuat lapak dan hanya berjualan di atas jembatan, dalam sehari Toni bisa menjual hingga 90 porsi rujak.
Baca juga: Tarik Minat Konsumen, Warung Rujak Bali D’Tepi Sawah Hidangkan Makanan Tradisional Bernuansa Modern
Dengan harga Rp 7 ribu per porsi, dalam sehari rata-rata ia bisa meraup omzet hingga Rp 600 ribu lebih.
Dalam sebulan ia bisa meraup omzet hingga Rp 18 juta.
Pandemi Covid-19, kata Toni Iskandar, tak berdampak signifikan terhadap penjualan rujaknya.
“Penurunan ada, tapi tidak terlalu karena banyak langganan yang membeli rujak di sini,” katanya.
(i putu supartika)
Kumpulan Artikel Denpasar