Berita Denpasar
Kisah Penjual Katak di Denpasar, hingga Bisa Sekolahkan Anak, Raup Omzet Rp 10 Juta per Bulan
Seorang penjual katak, Herman Ali Sutopo (34) bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta dalam sebulan.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seorang penjual katak, Herman Ali Sutopo (34) bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta dalam sebulan.
Dengan berjualan katak ini, dirinya pun bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk menyekolahkan anaknya.
Ditemui di kediamannya, di Jalan Sulatri Nomor 10, Denpasar, Herman sudah mulai menekuni penjualan katak ini sejak lima tahun lalu.
Dia menjual dua jenis katak, yakni pacman frog dan dumpy frog.
Baca juga: KISAH Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Usir Soviet hingga Negosiator Ulung
Sementara untuk warna yang tersedia yakni hijau, albino, coklat maupun merah strowbery.
“Dumpy frog ini alsi Papua, sedangkan pacman frog berasal dari Amerika Latin,” kata pemilik Reptile++ ini saat ditemui, Kamis 19 Agustus 2021.
Ia mengatakan, dalam seminggu dirinya mampu menjual 10 hingga 15 ekor katak.
Menurutnya, dua jenis katak ini sangat diminati di Bali.
Ada beberapa alasan mengapa katak ini diminati.
Pertama, karena perawatannya mudah.
Kedua, karena lucu dan saat sudah besar tidak ganas.
“Perawatannya sendiri mudah, tempatnya harus lembap sehingga diberi alas lumut hutan dan isi air sedikit,” katanya.
Sementara itu, katak yang masih kecil hanya perlu diberi makan jangkrik atau ikan kecil setiap tiga hari sekali.
Dan saat dewasa hanya perlu makan satu minggu sekali.
Untuk mendapat pasokan katak ini, Herman mendatangkan langsung dari importir di Jakarta maupun Surabaya.