Berita Buleleng
Rapid Antigen Acak, Camat Banjar: 90% Warga Tak Taat Prokes Karena Percaya Teori Konspirasi
Kodim 1609/Buleleng melaksanakan rapid antigen acak di Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Senin 23 Agustus 2021.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Kodim 1609/Buleleng melaksanakan rapid antigen acak di Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Senin 23 Agustus 2021.
Vaksinasi dilakukan di depan Pura Desa Adat Sidetapa dengan menyasar pada 104 warga, terdiri dari lansia dan remaja.
Hasilnya, ada empat orang yang hasil rapid antigennya reaktif.
Mereka pun langsung dibawa ke Rusun Prajurit Kompi Senapan C Batalyon Infanteri Raider 900/SBW untuk menjalani isolasi selama 10 hari.
Dari pantauan di lokasi, warga yang kebetulan tengah melintas di depan Pura Desa Sidetapa, langsung diberhentikan oleh petugas, lalu dibawa ke tempat yang telah disediakan untuk di rapid antigen.
Rapid antigen dilakukan oleh tim swaber milik Kodim 1609/Buleleng.
Bagi yang hasil rapid antigennya non reaktif, langsung diperbolehkan pulang.
Sementara yang reaktif, dipisahkan ke salah satu tempat, lalu diberi edukasi dan dibawa ke isoter.
Dandim 1609/Buleleng, Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto mengatakan, pihaknya menerima pengakuan dari para tokoh masyarakat Desa Sidetapa yang menyebut bahwa banyak warga di desa tersebut yang mengalami anosmia atau kehilangan indra penciuman.
Informasi itu diperoleh saat dirinya bersama Kapolres Buleleng mendatangi desa tersebut pada Minggu kemarin untuk membagikan sembako.
Mendapat pengakuan tersebut, Windra pun mengambil langkah untuk melaksanakan rapid antigen acak di Desa Sidetapa.
Rapid antigen ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi agar virus tidak menyebar lebih luas.
"Jadi dengan rapid ini kita bisa tau apakah ada yang terpapar Covid atau tidak. Kalau tidak terpapar ya syukur, kalau positif kan tinggal isolasi di isoter, jadi virus tidak menyebar lebih luas," ucapnya.
Selain di Desa Sidetapa, Windra menyebut rapid antigen acak ini juga akan dilakukan oleh pihaknya di desa-desa yang terindikasi banyak terjadi penularan Covid-19.
"Strategi dari pemerintah memang sangat tepat. Testing dan tracing memang harus maksimal dilakukan. Yang positif dibawa ke isoter, sehingga kasus penularan bisa ditekan. Kegiatan yang kami lakukan ini untuk mengamankan rakyat sendiri," ungkapnya.
Sementara Camat Banjar, I Gede Arya Suardana tidak memungkiri tingkat disiplin masyarakat Desa Sidetapa terkait penerapan protokol kesehatan masih sangat kurang.
Bahkan, dari sekian desa yang ada di Kecamatan Banjar, hanya Desa Sidetapalah yang tingkat vaksinasinya masih rendah.
Dimana realisasi vaksinasi dosis pertama di Desa Sidetapa baru mencapai 66 persen.
Sementara vaksinasi dosis ke dua baru 2.5 persen.
BACA JUGA: Ini Penjelasan Terkait Mitos Bunga Gumitir yang Tidak Boleh Dipakai Sembahyang
Hal ini kata Suardana terjadi lantaran sebagian besar masyarakat di Desa Sidetapa percaya dengan teori konspirasi, sehingga tidak percaya dengan adanya Covid-19.
Untuk itu pihaknya berupaya mengambil tindakan tegas dengan mengeluarkan peraturan berupa tidak melayani administrasi pemerintahan termasuk penundaan pemberian bantuan sosial bagi warga yang belum divaksin.
BACA JUGA: Kisah Sri Rintis 'Kripik Biru' yang Populer di Bali, Khas Berbahan Kepala dan Leher Ayam
"90 persen masyarakat Desa Sidetapa memang tidak taat dengan prokes Covid. Satgas sudah berulang kali turun ke desa ini, tapi susah, selalu diabaikan. Isoter juga sempat bermasalah, karena warga merasa seperti dipenjara. Ini karena warga termakan isu hoaks. Dan memang dari dulu masyarakatnya meboya. Jadi karena kondisi masyarakat seperti itu, Satgas pun mengambil langkah rapid antigen acak ini yang positif langsung diisoter," jelasnya. (*)