Covid-19 Mengakselerasi Transformasi Pelaku Usaha, Dalam Setahun 7,2 Juta UMKM Mulai Go Digital

Acara ini dilaksanakan selama 2 hari mulai tanggal 1-2 September 2021 di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, Bali

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
Suasna gelaran Southeast Asia Internet Governance Forum (SEA IGF) 2021 di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, Bali, pada Rabu 1 September 2021. 

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Satuan Kerja Direktorat Tata Kelola Aplikasi Informatika (Aptika) menggelar acara Southeast Asia Internet Governance Forum (SEA IGF) 2021.

Acara ini dilaksanakan selama 2 hari mulai tanggal 1-2 September 2021 di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, Bali.

Acara dibuka dengan penampilan tarian asal Bali bernama Tari Sekar Jepun dan welcoming speech dari Gubernur Bali I Wayan Koster, opening speech UN Secretariat IGF, Chengetai Masango dan Keynote Menkominfo Johnny G. Plate sekaligus meresmikan kegiatan SEAIGF 2021.

SEA IGF 2021 membahas mengenai dampak internet bagi masyarakat baik secara ekonomi, pendidikan dan sebagainya yang mengarah pada isu isu pengelolaan internet terlebih dalam masa pandemi covid-19.

Baca juga: Kurun Waktu 1 Tahun, Ribuan Konten Hoaks Tentang Covid-19 dan Vaksin Dihapus Kominfo RI dari Medsos

Penyelenggaraan Southeast Asia Internet Governance Forum (SEA IGF) 2021 kali ini dilaksanakan secara Hybrid yang diikuti oleh Pemangku kepentingan majemuk (multi stakeholder) pada Kawasan Asia Tenggara yang sinergis dan konstruktif dalam koridor Tata Kelola Internet yang trasparan, akuntabel insklusif dan professional.

Direktur Jenderal Aptika, Semuel A Pangerapan, menyampaikan, SEAIGF 2021 merupakan turunan dari World Summit on the Information Society (WSIS-II) tahap kedua yang digelar tahun 2005 silam, guna menyamakan perspektif 5 stake holder.

"Kegiatan ini untuk memahami perspektif 5 stake holder, Pemerintah, civil sociatey/ NGO (Non Governmental Organization), akademisi, industri dan pelaku bisnis, kami bertukar perspektif memahami untuk melangkah menuju transformasi sesuai tujuan mengadopsi teknologi ruang digital sebagai bagian dari realitas kehidupan," kata Semuel.

SEAIGF 2021 juga diinisiasi sebagai event hybrid dengan menggabungkan teknologi digital dan tatap muka di tengah masa pandemi Covid-19 serta Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM)

"Kami menginisiasi melakukan event hybrid dengan protokol kesehatan ketat, setiap tata laksana dipastikan sesuai prokes. Kegiatan ini diikuti 42 negara, 1.321 peserta virtual dan 255 peserta offline," papar dia.

Transformasi digital dilakukan dengan peningkatan aksesibilitas membangun teknologi digital secara merata sehingga dapat meningkatkan produktivitas secara positif.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Usman Kansong menilai bahwa masa pandemi Covid-19 merupakan momentum untuk melakukan transformasi digital, dengan ketersediaan jaringan internet maka berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.

"UMKM sudah mulai masuk dunia digital, masa pandemi covid-19 membatasi transaksi fisik, jalannya adalah melalui teknologi digital, contoh bagaimana dunia digital membantu pemulihan ekonomi dan kesehatan, salah satu contoh lain lagi misal aplikasi Peduli Lindungi, aplikasi SiLacak, untuk pengendalian Covid-19," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), Anang Achmad Latif membeberkan soal investasi jangka panjang dibawah pimpinan Menkominfo Johnny G Plate.

"Sampai tahun 2024 sebenarnya program transformasi digital sudah dirancang, infrastruktur, SDM, kebutuhan pemerintahan di angka hampir 108 Triliun Rupiah, namun mengingat pandemi Covid-19 angka ini perlu dikonsolidasikan dengan model pembiayaan yang lebih kreatif," ujar dia.

Baca juga: Wali Kota Jaya Negara Hadiri Webinar Transformasi Digital UMKM Denpasar

Ia menambahkan, bahwa sampai dengan saat ini baru 73,7 persen penduduk di wilayah di Indonesia yang terjangkau akses internet.

"Idealnya saya bilang 100 persen. Seperti di Jawa 41,7 persen dari 73 persen padahal penduduk di Jawa kalau di rata-rata 53 persen penduduk Indonesia. Sumatera rata rata penduduk 21 persen, keterjangkauan internet 16,2 jadi ada gap 5 persen yang harus dicover," ujar dia.

Sementara itu, Chairman Indonesian E-Commerce Association (iDEA), Bima Laga memaparkan data yang menyebutkan bahwa dalam periode satu tahun dari Mei 2020 sampai dengan Juli 2021 sudah ada 7,2 UMKM Go Digital.

"Peningkatan penetrasi internet tumbuh seiring Bangga buatan indonesia UMKM on board platform digital tumbuh 7,2 juta UMKM baru transformasi digital periode Mei 2020-Juli 2021, di Indonesia Timur kami gelar pelatihan untuk 4.500 UMKM yang daftar mencapai 9.000 yang difokuskan untuk akses permodalan digital," tutur Bima Laga.

Lanjutnya, bagaimana pemanfaatan digital transformasi mampu menggerakan ekonomi UMKM dan membawa dampak sampai pelosok dimanfaatkan menggerakkan perekonomian dri level lokal hingga pasar global.

"Mindest konsep UMKM dari lokalisasi pasar lokal, nasional hingga global, misal kisaran Bali circle penjualan lokal saja, bagiamana platform digital menyentuh pasar nasional bahkan ekspor global dengan literasi digital dan koneksi yang bagus, bukan hanya upload selesai tanpa maintemance, tapi membentuk kurikulum yang mempersiapkan UMKM mencapai pasar global melalui transformasi digital," pungkasnya. (*)

Artikel lainnya di Berita Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved