Berita Karangasem

BERITA DUKA: Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang dari Geria Budakeling Karangasem Lebar

anak laki-laki Ida Pedanda Gede Made  Jelantik Karang, mengatakan, beliau tak memiliki riwayat penyakit apapun sebelum menghembuskan napas terakhir

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Wema Satya Dinata
Surya
ilustrasi jenazah - BERITA DUKA: Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang dari Geria Budakeling Karangasem Lebar 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang (98) dari Geria Budakeling, Kecamatan Bebandem lebar (meninggal dunia red), Minggu (12/9/2021) sekitar pukul 08.45 wita.

Tidak ada tanda apapun sebelum Ida lebar. Keluhan sakit nihil.

Beliau lebar meninggalkan 6 orang anak, 2 orang laki serta 4 orang perempuan.

Ida Mangku Oka Adnyana, anak laki-laki Ida Pedanda Gede Made  Jelantik Karang, mengatakan, beliau tak memiliki riwayat penyakit apapun sebelum menghembuskan napas terakhir.

Baca juga: BPBD Karangasem Bersama ACT Distribusikan 10 Ribu Liter Air Bersih ke Desa Nawakerti

Sebelum meninggal, beliau bicara seperti biasa ke anaknya, memimpin kegiatan keagamaan dan memberikan nasihat pada anak dan cucunya di Geria Budakeling.

"Tidak ada riwayat sakit apapun. Kemungkinan  beliau meninggal karena kelelahan. Mengingat kegiatannya  cukup  padat di tengah usia yang hampir mendekati 1 abad.

Selain itu karena usia," kata Ida Mangku Oka Adnyana, Senin (13 /9/2021).

Untuk pelebonnya rencana dilaksanakan pada 31 Desember 2021 mendatang.

Ditemui di Geria Budakeling, anak lelaki tertua Ida Pedanda Gede Jelantik Karang menceritakan kisah perjuangan ayahnya.

Ida Pedanda Gede Made Jelantik Karang merupakan seorang veteran.

Berjuang bersama Gusti Ngurah Rai saat melawan penjajah. Bergerilya mengelilingi lereng di Gunung Agung untuk mengusir kolonial.

Perjuangan beliau, kata Ida Mangku Oka Adnyana, sering diceritakan kepada anaknya. Seperti saat pertempuran di Tanah Aron di Karangasem melawan kolonial.

Kisah perjuangannya diceritakan agar sang anak bisa mentauladani perjuangan para leluhur yang meninggal di medan perang.

"Beliau merupakan sosok tegas, pemberani, dan ikhlas mengayomi umat. Beliau lahir 31 Desember 1924.

Masa muda digunakan untuk berjuang merebut kemerdekaan. Makanya beliau termasuk veteran pemuda pejuang revolusi," imbuh Ida Mangku.

Baca juga: Status Gunung Agung Karangasem Kembali Normal Turun ke Level I, Aktivitas Kegempaan Menurun

Ditambahkan, beliau juga seorang seniman di masa mudanya. Sering pentas tari ke Kecamatan Abang dan Kecamatan Sidemen dengan berjalan kaki.

Pementasan tari untuk kepentingan keagamaan dilakukan dengan tulus ikhlas. Akhirnya ditahun 1992 beliau mediksa, dan ditetapkan sebagai sulinggih saat berusia sekitar 65 tahun.

Saat jadi sulinggih, kegiatan keagamaan setiap harinya padat.

Biasanya beliau menyelesaikan tugas hingga larut malam. Berangkat mulai pukul 06.00 dan kembali ke rumah 04.00 wita. Demi mengayomi umat. Beliau sangat enjoy menjalaninya.

"Beliau tulus ikhlas menjalani demi mengayomi umat,"tambahnya.

"Sebelum lebar beliau sempat berpesan kepada anak - anaknya, kalau ingin  bantu orang jangan setengah - setengah, harus sampai tuntas bantu orang.

Misalnya dalam hal upacara, dari awal perencanaan hingga tuntas harus dipertanggungjawabkan. Ini adalah pesan utama,"tambah Ida Mangku.(*)

Artikel lainnya di Berita Karangasem

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved