Berita Badung
Peternak Ayam Petelur di Badung Merugi, Tidak Bisa Menutupi Biaya Pakan
Pandemi Covid-19 tidak hanya membuat terpuruknya pariwisata di Bali tetapi juga berpengaruh pada penghasilan peternak ayam petelur
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
"Untuk menekan kerugian, kita minimalisir pemberian obat-obatan termasuk vaksinnya. Namun untuk pakan kita ganti, kita gunakan pakan campuran,” katanya.
Dia mengakui pemeliharaan ayam dilakukan secara kelompok yang dinamai kelompok ternak ayam Manuk Sari.
Dalam satu kandang berisi 1.272 ekor ayam.
"Jadi kami ada 11 kandang di sini,” kata dia.
Nyoman Rajendra mengakui, kelompoknya mendapat pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Badung.
"Kita sempat dibina dan diberikan bantuan oleh Pemkab Badung," kata pria asal Banjar Kauh, Desa Petang itu.
Rajendra sudah punya pelanggan.
Baca juga: Meski Harga Telur Anjlok, Peternak Ayam Petelur di Badung Tetap Bertahan Karena Sempat Dibina Pemkab
"Kami punya pelanggan, yang mengambil telur kami. Bahkan sampai rumah sakit yang mengambil telur ke sini, seperti di Tabanan termasuk untuk rumah sakit di Badung," ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, I Ketut Gede Suwedharma selaku Kabid Perdagangan Dinas Koperasi dan UMKM Badung mengaku dari hasil monitoring di beberapa pasar, harga telur ayam masih tergolong stabil.
"Kalau khusus telur ayam harganya masih stabil di pasaran," katanya.
Menurut dia, rata-rata harga telur per butir Rp 1.500.
Bahkan harga satu krat telur mencapai Rp 40.000.
Sementara itu beberapa peternak ayam petelur di Kabupaten Badung beralih menjadi peternak itik.
Seperti halnya Wayan Kardita.
Dia ternak itik untuk sementara waktu sambil menunggu harga telur ayam kembali normal.