Berita Badung
Peternak Ayam Petelur di Badung Merugi, Tidak Bisa Menutupi Biaya Pakan
Pandemi Covid-19 tidak hanya membuat terpuruknya pariwisata di Bali tetapi juga berpengaruh pada penghasilan peternak ayam petelur
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Pandemi Covid-19 tidak hanya membuat terpuruknya pariwisata di Bali tetapi juga berpengaruh pada penghasilan peternak ayam petelur.
Kini harga telur ayam anjlok sehingga peternak tidak bisa menutupi biaya pakan. Mereka terus merugi.
Hal ini antara lain dialami peternak di Desa Getasan, Kecamatan Petang Kabupaten Badung I Nyoman Rajendra hampir setahun terakhir.
Saat ditemui, Kamis 16 September 2021, ia mengatakan harga telur terus merosot sementara biaya pakan menanjak.
Baca juga: Untuk Menghibur Diri, Rindik Mulai Dilirik Masyarakat Bali untuk Dibeli Saat Pandemi Covid-19
"Sama seperti daerah lain, harga telur memang mengalami penurunan sehingga kami mengalami kerugian," ujarnya.
Dijelaskannya, saat ini harga 1 kg telur ayam Rp 19 ribu.
Namun jika dihitung krat sekira Rp 30 ribu sampai Rp 33 ribu.
"Pada bulan Agustus, September ini memang mengalami penurunan harga. Selain minimnya kegiatan upacara agama di Bali, pariwisata juga belum buka sehingga harga turun. Jadi sebenarnya produksi telur di Bali sudah banyak,” bebernya.
Menurut dia, anjloknya harga telur sampai petani merugi sudah terjadi sejak pekan pertama bulan Agustus 2021.
"Kalau harga telur sampai di bawah Rp 35 ribu per krat. Kita di peternak sudah tidak dapat apa-apa. Tidak menutupi biaya pakan yang harganya terus naik," ucapnya sembari mengatakan sampai sekarang harga pakan Rp 355 ribu/sak atau setara 50 kg.
Nyoman Rajendra mengatakan harga telur bergantung pada ukuran telur.
"Jadi telur ayam ada tiga ukuran yakni besar, sedang dan kecil. Dulu paling besar dijual Rp 37 ribu sekarang hanya Rp 30 ribu per krat,” ujarnya.
Meski merugi Rajendra mengaku tetap akan bertahan.
Pasalnya ayam yang dimiliki saat ini sedang produktif untuk bertelur.
Jika dijual, pihaknya akan mengalami kerugian lebih banyak.
"Untuk menekan kerugian, kita minimalisir pemberian obat-obatan termasuk vaksinnya. Namun untuk pakan kita ganti, kita gunakan pakan campuran,” katanya.
Dia mengakui pemeliharaan ayam dilakukan secara kelompok yang dinamai kelompok ternak ayam Manuk Sari.
Dalam satu kandang berisi 1.272 ekor ayam.
"Jadi kami ada 11 kandang di sini,” kata dia.
Nyoman Rajendra mengakui, kelompoknya mendapat pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Badung.
"Kita sempat dibina dan diberikan bantuan oleh Pemkab Badung," kata pria asal Banjar Kauh, Desa Petang itu.
Rajendra sudah punya pelanggan.
Baca juga: Meski Harga Telur Anjlok, Peternak Ayam Petelur di Badung Tetap Bertahan Karena Sempat Dibina Pemkab
"Kami punya pelanggan, yang mengambil telur kami. Bahkan sampai rumah sakit yang mengambil telur ke sini, seperti di Tabanan termasuk untuk rumah sakit di Badung," ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, I Ketut Gede Suwedharma selaku Kabid Perdagangan Dinas Koperasi dan UMKM Badung mengaku dari hasil monitoring di beberapa pasar, harga telur ayam masih tergolong stabil.
"Kalau khusus telur ayam harganya masih stabil di pasaran," katanya.
Menurut dia, rata-rata harga telur per butir Rp 1.500.
Bahkan harga satu krat telur mencapai Rp 40.000.
Sementara itu beberapa peternak ayam petelur di Kabupaten Badung beralih menjadi peternak itik.
Seperti halnya Wayan Kardita.
Dia ternak itik untuk sementara waktu sambil menunggu harga telur ayam kembali normal.
"Ayam petelurnya sudah dijual, kebetulan saat itu ayam sudah harus diganti karena produksinya telurnya berkurang. Namun karena telur juga murah makanya saya memilih ternak itik atau bebek," ucapnya.
Menurut Kardita, harga telur itik masih stabil bahkan dijual sampai Rp 2.700 per butir.
Telur ayam paling mahal bisa dijual Rp 1.200 per butir.
"Kalau saya mempertahankan ternak ayam petelur, rugi pak untuk saat ini. Bahkan terus mengeluarkan isi kantong untuk menutupi biaya pakan," jelasnya.
Pakan itik, kata dia, juga lebih murah.
Pasalnya itik bisa saja dilepasliarkan.
Selebihnya umat Hindu di Bali setiap melaksanakan upacara keagamaan selalu menggunakan telur bebek tersebut.
Kardita menjelaskan di Desa Getasan khususnya di Banjar Kauh ada tiga kandang yang saat ini dikosongkan. Dari 11 kandang ayam petelur, 3 kandang sudah kosong.
"Satu kandang sebenarnya berisi ayam petelur 1.272 ekor. Jadi semuanya beralih ke bebek atau ituk dan ayam kampung," ucapnya. (*).
Kumpulan Artikel Badung