Berita Gianyar

PPKM Level 3, Sejumlah Hotel di Ubud Masih Banyak yang Tutup, Ketua PHRI Gianyar: Tamu Masih Sepi

Aktivitas lalu lintas yang mulai dipadati kendaraan berpelat luar Bali, belum berdampak terhadap tingkat hunian hotel

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Karsiani Putri
I Wayan Eri Gunarta
Aktivitas lalu lintas di Kabupaten Gianyar, Bali 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Aktivitas lalu lintas yang mulai dipadati kendaraan berpelat luar Bali, belum berdampak terhadap tingkat hunian hotel di kampung turis Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.

Sebab, sebagian besar wisatawan domestik ini lebih memilih tinggal di kawasan dekat pantai, seperti Canggu, Kecamatan Kuta Utara, dan Kabupaten Badung. 

Kondisi ini  juga menyebabkan saat ini sejumlah hotel di Ubud masih memilih tutup.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar, Adit Pande, Senin 27 September 2021 mengatakan hingga saat ini, tingkat hunian hotel di Ubud belum ada perubahan.

Meskipun dari kondisi di lapangan, sejumlah wisatawan domestik sudah mulai datang ke Bali.

Namun, mereka lebih memilih menginap di kawasan dekat pantai ikonik, seperti Canggu dan Kuta Selatan. 

"PPKM level 3 belum ada pengaruhnya di Ubud. Sebab wisatawan domestik yang berlibur saat ini lebih memilih privat villa misalnya di kawasan Canggu. Kalau hotel, mungkin banyak yang di Nusa Dua," ujarnya.

Adit mengatakan, selama ini pihaknya sudah membuat berbagai upaya untuk mengundang wisatawan domestik menginap di Ubud.

Seperti membuat paket ekonomis.

Namun, dikarenakan selama ini wisdom lebih tertarik menginap di wilayah Bali Selatan, maka paket ekonomis tidak berdampak signifikan.

Bahkan, jika pun ada yang menginap, durasinya pendek, yakni satu atau dua hari saja. 

"Rata-rata market domestik memang lebih suka menginap di daerah selatan. Ubud hanya sebagai tempat makan siang, ngopi dan jalan-jalan. Kalau pun ada yang menginap di Ubud, durasinya pendek, palingan hanya 1 sampai 2 malam. Jadi, kita belum lihat hal signifikan perubahannya yang ditimbulkan PPKM Level 3 ini," ujarnya.

Minimnya minat wisdom yang menginap di Ubud, diduga karena daya tarik yang ditawarkan.

Dimana Ubud hanya menyajikan objek wisata pedesaan yang kental dengan seni dan budaya.

Dimana di kampung halaman mereka sendiri, banyak yang alam pedesaannya mirip dengan Ubud. 

Karena minimnya kunjungan wisatawan domestik mengunjungi Ubud, menyebabkan masih terdapat hotel yang memilih tutup.

"Saat ini masih terdapat hotel di Ubud yang tutup dan yang buka pun dengan operasional yang sangat terbatas. Sebab dibandingkan buka, lebih efisien tutup saja sekalian dulu, sampai benar-benar ada kejelasan atau traffic, atau momen liburan," tandasnya.

Meski demikian, stakeholder pariwisata di Ubud tetap memiliki optimisme terhadap wisman.

Dia pun berharap dihapusnya kebijakan larangan anak di bawah 12 tahun tidak boleh naik pesawat dan masuk mall.

Sebab dengan adanya larangan tersebut, masih banyak market family yang enggan datang ke Bali. 

Baca juga: 2.498 KK di Ubud Terima Bantuan Sembako Menteri BUMN Erick Thohir

Baca juga: Kabel Semrawut di Ubud Kini Ditanam di Bawah Tanah, Cita-Cita Bupati Sejak Era Cok Ace

Baca juga: Komplotan Pembobol Toko Dibekuk Polsek Ubud, Diamankan 7 Buah AC

"Mungkin belum adanya wisman ke Ubud ini juga disebabkan adanya kebijakan anak di bawah 12 tahun tidak boleh naik pesawat. Harapan kami, pemerintah memberikan kelonggaran untuk anak di bahwa 12 tahun agar bisa naik pesawat dan masuk mall. Karna itu akan menarik market family untuk datang lebih banyak lagi. Namun, yang paling kami harapkan adalah pembukaan pariwisata internasional," ujarnya. 

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved