Berita Jembrana
Harga Jual Kerapu Candikusuma Jembrana Masih Lesu Akibat Pembatasan Masuknya Kapal dari Luar Negeri
Harga jual kerapu hybrid yang dibudidayakan di keramba, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali cukup lesu.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Harga jual kerapu hybrid yang dibudidayakan di keramba, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali cukup lesu.
Sebab, panen yang seharusnya bisa menjual kerapu hidup.
Kini dipanen dengan harga kerapu yang sudah mati.
Akibatnya, ada penurunan harga mencapai 50 persen dari penjualan biasanya.
Pengelola keramba kerapu Candikusuma, Agus Sulaini mengatakan, bahwa saat ini harga sangat tidak bersahabat.
Baca juga: Desa Candikusuma Jembrana Jadi Kampung Kerapu, Ekspor Hingga China dan Amerika
Baca juga: Bupati Suwirta Akan Kembangkan budidaya Ikan Kerapu, Kepiting, dan Udang di Ceningan
Petani keramba cukup was-was dengan kondisi saat ini.
Faktor utamanya, ialah adanya pembatasan masuknya kapal dari luar negeri atau Hongkong ke Indonesia, yang biasa sandar di Sumberkima Buleleng.
Sebelum Covid harga kerapu dapat mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 125 ribu per kilogram.
Untuk total 40 ton per tahun produksi.
“Faktornya ya, pembatas masuk Kapal Hongkong itu. Karena dulu bisa meminta hingga 40 ton per tahun. Jadi untuk ekspor memang kita belum memiliki serifikat sendiri baik ACCP dan CMP. Jadi ikut di kapal Hongkong itu. Tapi kondisi saat ini tidak cukup baik,” ucapnya Selasa 5 Oktober 2021.
Agus mengaku, saat ini pihaknya hanya menjual untuk di pabrik-pabrik.
Karena untuk harga Rp 100 hingga Rp 125 ribu, itu ialah kerapu yang hidup.
Sedangkan untuk yang mati Rp 65 ribu.
Dan kondisinya saat ini, karena tidak rutinnya masuk kapal Hongkong, maka kebanyakan panen dilakukan dengan panen kerapu mati.
Bukan hidup.
Baca juga: Dua Penjaga Keramba Curi 384 Ekor Ikan Kerapu Milik Bosnya di Buleleng