Berita Nasional

Umrah Dibuka, Ini yang Perlu Dipersiapkan untuk Ibadah di Tanah Suci, Soal Vaksin hingga Karantina

Umrah dibuka, ini yang perlu dipersiapkan jemaah Indonesia untuk bisa ibadah di tanah suci, soal vaksin hingga karantina

Editor: Irma Budiarti
AFP/HO/SAUDI MINISTRY OF MEDIA via KOMPAS.COM
Umat muslim mengitari Ka'bah saat melakukan tawaf ibadah haji dengan penerapan protokol kesehatan di Masjidil Haram, Kota Mekah, Arab Saudi, Minggu 2 Agustus 2020. Umrah dibuka, ini yang perlu dipersiapkan jemaah Indonesia untuk bisa ibadah di tanah suci, soal vaksin hingga karantina. 

"Kami sebagai calon jemaah mohon juga konfirmasi apakah kami dapat ikut serta dalam ibadah umrah ini."

Adapun, epidemiolog Dicky Budiman menilai vaksinasi yang tepat untuk jemaah ibadah umrah adalah vaksinasi berjenis messenger RNA, seperti Pfizer dan Moderna.

Sebab, kata berdasar data, vaksin messenger RNA terbukti memiliki efektivitas yang kuat terhadap varian baru virus corona.

"Dan ini digunakan di jazirah Arab umumnya, artinya untuk juga untuk menambah level confident atau kepercayaan pemerintah Saudi," kata Dicky.

Mengapa sertifikat vaksin Indonesia belum terbaca di sistem visa umrah?

Lebih lanjut, Endang mengatakan integrasi sistem pelacakan kedua negara, yakni PeduliLindungi di Indonesia dan Tawakkalna di Arab Saudi, masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

Belum adanya sinkronisasi sistem ini, menurut Ketua Umum Serikat Penyelenggara Haji dan Umrah Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi, membuat sertifikat vaksin Indonesia tidak bisa dibaca dalam sistem pencetak visa umrah.

Firman M Nur dari AMPHURI mengatakan integrasi sistem kedua aplikasi ini penting untuk "memastikan barcode bukti vaksinasi calon jemaah dapat diakses dan dibaca oleh pejabat terkait di Saudi Arabia" pada saat kedatangan jemaah.

Firman M Nur dari AMPHURI mengatakan integrasi sistem aplikasi PeduliLindungi dan Tawakkalna penting untuk "memastikan barcode bukti vaksinasi calon jemaah dapat diakses dan dibaca oleh pejabat terkait di Saudi Arabia" pada saat kedatangan jemaah.

"Sehingga ketika mereka tiba di sana tidak ada kendala teknis lainnya," kata Firman.

Epidemiolog dari Griffith University di Australia, Dicky Budiman mengatakan, untuk mengantisipasi kendala teknis di lapangan, semestinya bukti vaksin tak hanya diakses melalui digital, tapi juga secara manual.

"Harus ada dua, karena kalau semua mengandalkan QR code, tidak ada garansi itu berfungsi baik, apalagi ini berbeda sistem sehingga harus ada satu negosiasi dengan pemerintah Saudi bahwa ada opsi itu," papar Dicky.

Standardisasi tes PCR

Kendala teknis yang saat ini sedang dibahas oleh kedua negara adalah berkaitan dengan standar tes metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

Ketua Umum AMPHURI, Firman M Nur, mengatakan bukti hasil tes PCR adalah salah satu prasyarat utama menunaikan ibadah umrah selain vaksinasi Covid-19.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved