Berita Bangli

Nimbang Lanlanan, Prosesi Unik yang Dilaksanakan saat Karya Ngusaba di Pura Kehen Bangli

Ketua Panitia Karya Ngusaba Bhatara Turun Kabeh Sang Made Suryawan mengungkapkan, puncak Karya Ngusaba digelar sejak pukul 07.00 wita

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Wema Satya Dinata
tribun bali/muhammad Fredey Mercury
Prosesi tradisi nimbang lanlanan dalam Puncak Karya Ngusaba Bhatara Turun Kabeh di Pura Kehen Bangli. Rabu (20/10/2021) 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Puncak Karya Ngusaba Bhatara Turun Kabeh di Pura Kehen Bangli digelar Rabu (20/10/2021).

Pada puncak Karya ini, dilakukan tradisi unik untuk menentukan kondisi kemakmuran Bangli beberapa tahun kedepan.

Ketua Panitia Karya Ngusaba Bhatara Turun Kabeh Sang Made Suryawan mengungkapkan, puncak Karya Ngusaba digelar sejak pukul 07.00 wita.

Acara keagamaan ini digelar setiap tiga tahun sekali, tepatnya pada purnama sasih kelima kalender Bali.

Baca juga: Sebanyak 21 Sekolah di Bangli Terdampak Gempa, 1 Sekolah Terpaksa Kembali Laksanakan Daring

Upacara ini, lanjutnya, sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu sebagaimana tersurat dalam Prasasti Pura Kehen tahun 1126 Caka atau 1204 Masehi.

"Kegiatan upacara itu didasari atas perintah raja Raja Ida Bhatara Guru Sri Adikunti untuk menghalau atau meminimalis penyakit menular yang melanda masyarakat Bangli, dan menyebabkan masyarakat Bangli saat itu banyak pergi meninggalkan wilayah Bangli.

Hal itu yang menyebabkan banyak desa di Bangli jadi kosong. Demikian pula sawah dan tegalan tidak ada yang menggarap," jelasnya.

Dalam rangkaian puncak Karya, ada tiga prosesi unik.

Diantaranya nuwek kebo, pembuatan sanganan lanlanan, dan nimbang lanlanan.

Sanganan lanlanan ini berupa jaje uli, yang proses pembuatannya dilakukan oleh wanita yang belum menstruasi dan wanita yang sudah tidak menstruasi (menopause). 

Pembuatan sanganan lanlanan dilakukan di Pura Nataran Puri Bukit.

Pengerjaannya hanya dilakukan oleh ketujuh orang. Diantaranya empat orang wanita yang belum menstruasi, dan tiga orang wanita yang telah menopause.

Dalam prosesnya tujuh wanita tersebut juga pantang berbicara.

Mereka hanya menggunakan gerakan tangan atau gestur tubuh untuk berkomunikasi.

Baca juga: Kerugian Gempa Tembus Rp 4,9 M, BPBD Bangli Catat Kerusakan di 285 Lokasi

Setelah selesai dibuat, sanganan lanlanan selanjutnya diantar ke Pura untuk ditimbang oleh Jero Mangku Catu, disaksikan Jero Gede Kehen dan Jero Mangku Penyarikan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved