Berita Bali

Harga Tes PCR di Bali Capai Rp 1,9 Juta, Kadiskes: Itu Nggak Boleh, Saya Akan Tutup

Di Bali, karena permintaan tes PCR yang membludak oleh masyarakat, terutama wisatawan yang hendak balik dari Bali.

Penulis: Ragil Armando | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya 

“Tidak boleh ada batasan itu, kalau mau lebih cepat atau gimana akal-akalan itu, kita nggak mau itu,” paparnya.

Ia kembali menegaskan bahwa laboratorium tidak boleh mengulur-ulur waktu dikeluarkannya hasil tes PCR.

“Pokoknya 1 kali PCR itu secepat dia bisa lakukan itu, kalau dia mengulur-ulur untuk dia bisa lebih mahal menyalahi aturan itu, nggak boleh terjadi itu, saya tutup itu,” ucapnya.

Apalagi, menurut dia di Bali sendiri sudah ada 26 laboratorium berizin untuk melakukan tes PCR di Bali.

Dari jumlah tersebut, menurutnya dalam keadaan normal 26 laboratorium tersebut mampu melayani 4.500 tes PCR dalam sehari.

Bahkan, ia meyakini jika jumlah tes PCR di Bali dalam keadaan pandemi bisa dilipatgandakan menjadi 9 ribu sehari.

“Tidak, nggak kekurangan kita ada 26 lab di Bali, 1 hari dalam keadaan normal 4.500, kalau bisa diperbanyak bisa dua kali lipat bisa,” paparnya.

Sebelumnya, Bayu Rizki, salah seorang penumpang pesawat terbang yang hendak kembali ke Jakarta usai liburan di Bali menyebut hampir semua lokasi tes PCR di Pulau Dewata overload.

Ia bercerita, dirinya sempat mencari tes PCR di daerah Sunset Road, Kuta.

Namun dirinya tidak beruntung karena kuota sudah melebihi batas alias overload.

Baca juga: YLKI Beberkan Permainan Harga Tes PCR Demi Kejar Cuan, Tulus: Pelayanan di Bandara Tidak Jelas

Begitu juga di beberapa rumah sakit swasta di kota Denpasar, semuanya penuh.

"Overload semua ini," kata Bayu saat berbincang dengan Tribun, Minggu.

Menurut Bayu, sebenarnya masih ada layanan tes PCR yang hasilnya bisa didapat dalam waktu hanya 4 jam, akan tetapi harganya selangit.

"Yang expres harganya Rp 1,9 juta. Yang biasa H plus 2 baru keluar hasilnya, nah yang ini overload," kata dia.

Dia sangat menyayangkan adanya praktik komersialisasi test PCR tersebut.

Apalagi dengan menawarkan harga yang dirasa cukup menguras kantong.

"Parah ini kondisinya. Semuanya mau cari duit," kata dia. (*)

Artikel lainnya di Berita Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved