Berita Jembrana

Kisah Made Profil, Dari Transmigran ke Sulawesi Kini Sukses Jadi Pengusaha Property di Jembrana

Sekitar 450 unit rumah atau perumahan bersubsidi dan komersil telah dibangunnya dalam kurun waktu empat tahun terakhir.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Noviana Windri
(Tribun Bali/I Made Ardhiangga).
Made Profil saat ditemui di kantornya, Rabu 27 Oktober 2021. 

“Ya mungkin saat itu orangtua teman berpikir bahwa saya tidak memberikan dampak apapun (membelikan bensin) atau kalau motor rusak ya gak bisa bantu. Jadi ya ekonomi sangat sulit. Jadi saya putus sekolah waktu SMP,” ungkapnya.

Usai putus sekolah, sambungnya, ia pun bekerja sebagai asisten tukang.

Baca juga: Kisah Sukmawati Soekarnoputri dan Bali, Gamelan yang Jadi Terapi saat Bung Karno Wafat

Baca juga: Tirta Suci Amerta, Berikut Kisah Pemutaran Mandara Giri

Jadi ikut proyek membuat kantor Pengadilan Negeri di kawasan Pusat Pemerintahan (Puspem) Pemkab Jembrana saat ini.

Dari hasil itu, akhirnya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari membantu ibu dan membeli alat ukir.

Diakuinya, bahwa mengukir ialah skill atau keahlian yang dirinya punya.

Akhirnya ia mendalami dengan mengikuti kursus ikut di kawasan Lelateng dengan juga les mengemudi.

“Saya ketika sudah fasih mengukir dan mengemudi akhirnya pindah ke Badung. Di sana kerja sama orang. Ya ngukir dan akhirnya ikut sebagai sopir sekitar tahun 2000 sampai 2006-an. Tapi karena kewajiban adat jadi harus pulang. Dan menikahlah pada 2007. Saat urusan adat tidak bisa dibayar, maka pulang dan bekerja mengukir di kampung sini,”ungkapnya.

Setelah balik ke kampung, ia pun mengaku melayani jasa ukir di rumah.

Akan tetapi, ada insting bisnis supaya tidak hanya ukir.

Akhirnya, ada peluang yang dilihatnya dari kunjungan ke Karangasem. Pada saat itu ada saudaranya menikah, di sana ia melihat bahwa ada bahan baku berupa kayu nangka untuk pembuatan sanggah.

Nah, kebetulan, di Jembrana kayu nangka tidak terlalu laku. Peluang itulah yang akhirnya ia ambil. Dari satu gudang ke gudang lain. Dari Kecamatan Pekuatatan hingga ke Melaya, ia kumpulkan kayu nangka dan dijualnya ke Karangasem.

Baca juga: Kisah Wayan Suparta,Seorang Perajin Bambu di Klungkung Jadi Penopang Ekonomi Keluarga Dimasa Pandemi

Baca juga: KISAH Ibu Mertua Dibikin Menjerit oleh Ulah Menantu, Modusnya Bantu Olesi Obat Gatal di Paha

“Saat itulah modal terkumpul. Akhirnya saya membuka usaha meubel. Meubel saya jual ke teman pariwisata yang dulu saya kenal dari jadi sopir. Dari situlah kemudian, saya ada sekitar tiga sapi yang kemudian saya barter dengan mesin pemotong kayu. Jadi akhirnya berkembang menjadi meubel dan pemotong kayu yang sudah diserut dan memiliki nilai lebih. Saya lebarkan sayap dengan bisnis material dengan membeli truk. Tapi gagal. Dan akhirnya truk saya jual. Akhirnya fokus dari 2008 sampai 2014 di Meubel,” paparnya.

Ia menambahkan, setelah meubel berhasil selama enam tahun, kemudian hasrat bisnis kembali muncul. Ia pun membuka toko bangunan, yang merupakan usaha masih selaras dengan usaha meubel.

Dari usaha toko bangunan itu kemudian berkembang. Sekitar 2014 awal usaha toko dibangunnya. Di tahun yang sama, pada 2014 akhir, restu alam pun mengantarkannya ke dunia property.

Akhirnya ia mulai dengan membangun rumah milik temannya. Tapi ada kendala hingga akhirnya pada 2017 titik awal bisnis propertynya berjalan pesat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved