Cara Jepang Turunkan Kasus Covid-19 Tanpa Lockdown, Kini Sudah Dirasa Normal

Jepang tidak mengeluarkan pembatasan secara nasional juga tidak menerapkan lockdown, karena kebebasan pribadi di Jepang sangatlah penting.

Editor: Bambang Wiyono
AFP/KAZUHIRO NOGI
Pejalan kaki berjalan di depan tayangan siaran langsung TV saat Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan pencabutan keadaan darurat virus corona di daerah Shinjuku Tokyo, 28 September 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, TOKYO - Jepang sempat mengalami lonjakan kasus Covid-19 setelah penyelenggaraan Olimpiade.

Namun Jepang tidak perlu waktu lama untuk kembali menurunkan angka Covid, bahkan kini warga sudah merasa hidup normal lagi.

Kepatuhan warga, penggunaan masker dan vaksinasi membuat kasus jauh menurun.

Baca juga: Tingkat Kepatuhan Prokes Menurun, Pemerintah Khawatirkan Lonjakan Kasus pada Gelombang 3 Covid-19

Hanya beberapa minggu lalu, jumlah kasus positif di Jepang masih tinggi dan membuat sistem layanan kesehatan mulai kewalahan.

Jumlah kasus harian mencapai puncaknya di akhir Agustus dengan kasus sekitar 26.000, menyusul berakhirnya Olimpiade Tokyo yang memaksa Pemerintah Jepang menerapkan pembatasan untuk mengurangi kasus.

Sekarang kasus harian di negara tersebut hanya sekitar 300 per hari.

Baca juga: Libur Nataru, 20 Juta Orang di Jawa-Bali Akan Bergerak, Penerapan Prokes Melemah

Tanggal 1 Oktober Pemerintah Jepang mencabut status darurat untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir. Pihak berwenang juga melonggarkan sejumlah aturan, termasuk diperbolehkan lagi menjual alkohol di bar.

Bagaimana awalnya kasus tidak terkendali?

Sama seperti juga di banyak negara lain, munculnya varian Delta menyebabkan meningkatnya penularan kasus di Jepang.

Tapi saat menjadi tuan rumah Olimpiade, Jepang juga harus memastikan penyelenggaraannya berjalan dengan baik.

Baca juga: Minta Pemda Tertibkan, Luhut Geram Banyak Klub dan Bar di Bali Tak Patuh Prokes

Padahal ketika itu banyak rumah sakit di Tokyo tidak memiliki cukup tempat tidur untuk menampung pasien yang semakin banyak.

Hiroshi Nishiura, seorang pakar penyakit menular yang juga penasehat pemerintah mengatakan kenaikan kasus Covid-19 terjadi karena meningkatnya pergerakan warga karena liburan musim panas.

"Selama musim liburan ini, kita bertemu dengan orang yang sebelumnya jarang kita temui, juga kemungkinan kita akan makan bersama orang lain secara tatap muka," kata Dr Nishiura dari Kyoto University kepada Reuters.

Baca juga: Luhut Geram Banyak Klub dan Bar di Bali Tak Patuh Prokes, Minta Pemda Tertibkan

Seorang guru bahasa Inggris, Megumi Takahashi, yang tinggal di Fujisawa sekitar 47 kilometer dari ibu kota Tokyo mengatakan pembatasan yang diberlakukan di negaranya kadang membingungkan.

Jepang tidak mengeluarkan pembatasan secara nasional juga tidak menerapkan lockdown, karena kebebasan pribadi di Jepang sangatlah penting.

Pemerintah hanya mengeluarkan arahan seberapa banyak orang yang bisa makan di restoran, serta jam berapa restoran bisa buka dan tutup.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved