Serba serbi
Makna Filosofi Ngarebuin Saat Rahinan Sugihan
Rerahinan sugihan, jatuh pada hari Kamis dan hari Jumat wuku Sungsang.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Sambil terlebih dulu matur piuning (minta izin) dilanjutkan dengan bersih-bersih sehingga pura dan merajan kelihatan bersih dan rapi untuk menyongsong hari suci Galungan.
"Inilah sebenarnya makna dari Sugihan Jawa, yaitu membersihkan bagian luar dari pura atau dari manusia itu sendiri yang ditandai dengan melaksanakan pembersihan sekala (yang kelihatan nyata) pembersihan luar (jaba/jawa)," sebut mantan jurnalis ini.
Setelah pembersihan luar, telah dilakukan maka pembersihan atau penyucian di dalam diri manusia yang berupa pikiran, tingkah laku, laksana atau perbuatan juga harus dibersihkan. Perayaan penyucian hal-hal yang berada di dalam diri sendiri itulah, dilambangkan dengan Sugihan Bali (penyucian di dalam diri atau penyucian niskala).
Sarana penyucian atau pembersihan di dalam diri menggunakan upacara "Parebuan".
Adapun sarana yang dipakai parebuan ini adalah babi guling, bebek atau ayam guling, dan juga telur guling. Sehingga dalam upacara rahinan sugihan pasti dibarengi dengan upacara marerebu atau parebuan.
"Sarana babi guling, bebek guling, ayam guling, ataupun telor guling ini sesungguhnya bukan haturan atau persembahan kepada Ida bhatara-bhatari. Tetapi hal tersebut adalah sarana untuk menyucikan atau membersihkan kotoran-kotoran dalam pikiran, tingkah laku manusia itu sendiri," ucap beliau.
Sebab pada dasarnya, ida bhatara-bhatari tidak membutuhkan persembahan yang seperti itu, karena beliau ngalap sari atau selalu berada pada tingkat kesucian.
"Sehingga daging parebuan, sesungguhnya adalah sarana untuk membersihkan pikiran dan kekotoran dalam diri manusia," ujar beliau.
Dalam menyongsong datangnya hari suci Galungan, maka manusia harus siap dalam keadaan bersih, baik itu bersih lahir maupun batin.
Sebab upacara parebuan berasal dari kata rebu yang kemudian menjadi kata marebu, ngarebu, dan menjadi parebuan.
"Kata rebu menurut kamus Kawi-Indonesia oleh Prof.Drs.S. Wojowasito, artinya adalah menghibur. Sedangkan arti kata ngarebu juga berarti ngerebut," ucapnya. Sehingga kata kata parebuan, ngarebu, marebu dalam konteks upacara rahinan sugihan adalah upacara merebut-rebutan untuk bersenang-senang dalam menyambut Galungan.
"Yang artinya bahwa upacara marebu yang dilaksanakan pada rahinan sugihan, adalah bertujuan untuk menyucikan atau menghilangkan pikiran atau hal-hal negatif dalam diri manusia, sehingga kita bisa bersuka-ria dan dalam hati yang jernih dan bersih menghadapi turunnya Sang Bhuta Tiga Galungan," sebut beliau.
Sebab Sang Bhuta Tiga Galungan yang dipercaya selalu menggoda kehidupan umat manusia.
Oleh sebab itu, dalam ajaran Hindu di Bali disampaikan agar hati-hati dan selalu berhati bersih dan suci disaat menyongsong datangnya Galungan.
"Sebab sebelum Buda Kliwon Dungulan atau hari raya Galungan, maka Sang Bhuta Tiga Galungan akan turun menggoda manusia. Sehingga manusia harus bisa menahan hal-hal negatif dalam diri atau bisa anyekung jnana suda nirmala yaitu mengendalikan diri dari hal yang negatif.