Serba serbi

Makna Filosofi Ngarebuin Saat Rahinan Sugihan

Rerahinan sugihan, jatuh pada hari Kamis dan hari Jumat wuku Sungsang.

AA Seri Kusniarti
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti 

Lanjut beliau, kata sugihan datang dari berbagai dan beberapa pendapat.

Ada yang mengatakan dari kata 'Sugi' yang berarti membersihkan. Dari kata tersebut maka sugihan berarti membersihkan alam sekala dan alam niskala. 

Oleh karena itu ada dua sugihan, yaitu Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Anggapan yang mengatakan bahwa orang yang merayakan Sugihan Jawa, dulunya berasal dari Jawa dan yang merayakan Sugihan Bali, adalah orang yang berasal asli Bali. Adalah anggapan  yang keliru atau tidak benar. 

Sebab arti Sugihan Jawa sebenarnya adalah pembersihan yang berada di luar, karena arti kata Jawa adalah berasal dari kata jaba yang berarti di luar.

Sehingga arti kata rahinan Sugihan Jawa adalah perayaan untuk membersihkan hal-hal yang berada di luar diri manusia.

Sedangkan rahinan Sugihan Bali, imbuh  beliau, adalah perayaan untuk membersihkan di dalam diri manusia.

Pada zaman dahulu konon perayaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, keduanya dirayakan oleh setiap umat Hindu di Bali. 

"Sedangkan sekarang perayaan rahinan sugihan dirayakan secara mengkhusus, yaitu ada yang khusus merayakan Sugihan Jawa dan ada yang khusus merayakan Sugihan Bali," sebut mantan dosen di Unhi Denpasar ini.

Namun beliau mengingatkan, bahwa kedua sugihan sama pentingnya bagi umat Hindu di Bali dan Nusantara. 

"Seperti telah disebutkan di awal, bahwa Sugihan Jawa merupakan pembersihan di luar dan Sugihan Bali adalah pembersihan di dalam," tegas beliau. 

Hal ini dibuktikan pada tahun 1970-an ke bawah, di mana halaman pura atau merajan masih berupa tanah yang tidak disemen atau dibeton seperti sekarang.

Begitu juga tembok-tembok pura atau merajan, rekatan temboknya jarang memakai semen, lebih-lebih orang pergi ke pura atau merajan tidak setiap hari seperti sekarang, tetapi hanya sewaktu-waktu saja.

Sehingga selama kurun waktu 210 hari (6 bulan wuku), maka rumput-rumput liar dan pohon-pohon perdu akan tumbuh di halaman dan di tembok pura serta merajan. 

"Nah ketika hari raya Galungan yang merupakan hari raya yang paling besar dan paling disucikan oleh umat Hindu di Bali, maka  umat akan melakukan pembersihan halaman pura dan merajan untuk menyambut datangnya hari Galungan," jelas beliau.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved