Berita Bali

Warga Terisolir Banjir, Anggota DPRD Bali Sebut Marak Alih Fungsi Lahan

Hujan deras mengguyur Jembrana seharian, Kamis 4 November 2021, jembatan gantung di Banjar Nusamara Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo putus.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/I Made Ardhiangga
Jembatan di Banjar Nusamara, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis 4 November 2021, terkena terjangan banjir akibat air sungai yang meluap - Warga Terisolir Banjir, Anggota DPRD Bali Sebut Marak Alih Fungsi Lahan 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Hujan deras mengguyur Jembrana seharian, Kamis 4 November 2021.

Akibat hujan deras itu, jembatan gantung di Banjar Nusamara Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo putus.

Hujan deras pun mengakibatkan banjir di beberapa lokasi, akibat sungai meluap yakni di Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan.

Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengatakan, ada tiga sungai yang airnya meluap dan mengakibatkan banjir hingga ke rumah warga di Desa Yeh Sumbul Mendoyo dan Desa Medewi, Kecamatan Pekutatan. Bahkan, terjangan sungai yang meluap membuat jembatan di Banjar Nusamara putus.

Baca juga: Buleleng Dikepung Longsor, Terjadi di 8 Titik Akibat Hujan Deras

Tim reaksi cepat (TRC) BPBD, pun turun ke lapangan untuk membantu warga terdampak banjir.

“Ya ada beberapa lokasi titik banjir dan kami sudah turun untuk membantu warga,” ucapnya, Jumat 5 November 2021.

Agus menjelaskan, sejauh ini tidak ada korban jiwa.

Meskipun ada sejumlah rumah warga di dekat sungai yang terkena banjir, baik itu di Yehembang Kangin, Yeh Sumbul, Medewi dan Pulukan.

Di Pulukan, banjir menerjang kandang peternakan burung puyuh milik warga.

Akibatnya ratusan burung puyuh ternak warga mati.

“Kami melakukan upaya pertolongan pertama. Membantu membersihkan rumah warga yang kebanjiran dan memberikan bantuan,” ujarnya.

Jembatan di Banjar Nusarama, Desa Yehembang Kangin, yang putus menyebabkan warga terisolir.

Belum lagi, dengan sejumlah fasilitas dan ternak warga serta usaha perikanan yang rusak.

Hal ini disampaikan, Perbekel Yehembang Kangin Gede Suardika.

“Ya akibat banjir tersebut jembatan gantung di Banjar Nusamara putus rusak berat sehingga warga banyak terisolir,” ucapnya, Jumat.

Menurut dia, selain terisolir, rumah warga yang terendam banjir pun mencapai puluhan Kepala Keluarga (KK).

Di antaranya di Banjar Sumbul 15 KK, Banjar Tibusambi 14 KK, Banjar Tegak Gede 1 KK, Banjar Nusamara 1 KK.

Selain terendam, banyak laporan yang masuk ke pihaknya berupa 1 ekor ternak sapi indukan mati, kemudian 2 ekor sapi muda hilang atau hanyut karena luapan air sungai.

“Belum lagi perabotan rumah tangga yang hilang. Ada juga tambak ikan warga sebanyak 12 kolam juga hancur,” ungkapnya.

Menurut dia, selain itu juga fasilitas umum, berupa senderan Wantilan Pura Puseh Desa Yehembang Kangin hancur.

Dan senderan sungai di Tibusambi yang baru sebulan selesai dibangun juga jebol beberapa meter.

Ida Bagus Komang Sudika, warga Banjar Tibusambi, Desa Yehembang Kangin, mengatakan, air sungai mulai naik pukul 19.00.

Banjir terjadi dua kali. Pertama pukul 19.00, dan sempat surut.

Tetapi kemudian air naik dan besar lagi sekitar 30 menit selanjutnya, dan mulai surut pukul 21.00.

Sementara itu, hujan deras yang mengguyur Buleleng, Kamis 4 November 2021 menimbulkan tanah longsor di delapan lokasi, serta pohon tumbang.

Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan, tanah longsor terjadi di Desa Sepang, Desa Busungbiu, Desa Telaga, Desa Tejakula, dan Desa Gitgit.

Pohon tumbang terjadi di Desa Kekeran.

Dari sembilan titik bencana itu, ada dua lokasi yang menimbulkan kerusakan cukup parah, yakni tanah longsor yang terjadi di Desa Sepang dan Desa Busungbiu.

Peristiwa tanah longsor di Desa Sepang tepatnya di Dusun Kerobokan, menimbulkan kerusakan rumah Ketut Sirka (45).

Tebing yang ada di belakang rumahnya longsor, hingga meterialnya menerjang kediaman milik Sirka.

Akibat kejadian ini, tembok pagar serta tembok dua kamar tidurnya jebol.

Beruntung saat musibah itu terjadi, seluruh anggota keluarganya tidak ada yang berada di dalam kamar.

"Kami sudah melakukan assesment, dan memberikan bantuan sembako kepada keluarga Ketut Sirka. Untuk bantuan perbaikan rumah, akan kami usulkan ke BPBD Bali. Mengingat tembok dua kamarnya jebol, Ketut Sirka saat ini mengungsi sementara waktu ke rumah kerabatnya," jelasnya.

Selain di Desa Sepang, longsor juga terjadi di Desa Busungbiu.

Tebing setinggi sekitar 8 meter, dan lebar 12 meter ambles, hingga materialnya menutupi akses masuk ke SDN 1 Busungbiu.

Material longsor pun baru dapat dibersihkan, Jumat pagi, oleh petugas BPBD Buleleng serta warga di desa setempat.

Baca juga: Hujan Deras Mengguyur Jembrana, Jembatan Banjar Nusamara Putus, Banjir di Mendoyo dan Pekutatan

Abaikan Peraturan

Terpisah, Anggota DPRD Bali Dapil Jembrana, Kade Darma Susila ikut menyoroti terkait maraknya alih fungsi hutan dan lahan pertanian menjadi berbagai proyek, termasuk perumahan.

Menurutnya, akibat alih fungsi tersebut membuat banyak hutan dan lahan produktif yang seharusnya bertugas sebagai penyerap air justru menjadi penyalur bencana.

Ia menyebutkan hal tersebut terjadi akibat banyak pihak abai terhadap peraturan yang ironisnya dibuat pemerintah sendiri.

“Ya semestinya Perda tentang alih fungsi itu tetap menjadi acuan dalam mengambil kebijakan. Kalau alih fungsi untuk perumahan, yang mana produktif sebagai penyerap air sudah beralih fungsi itu, sehingga serapan tidak bisa maksimal,” katanya, Jumat.

“Semestinya Perda soal alih fungsi itu harus menjadi acuan dalam kebijakan, kita menyalahkan kepemimpinan siapa itu,” imbuhnya.

Pria yang juga Ketua DPC Gerindra Jembrana itu mengakui saat ini hutan-hutan di Bali, khususnya di Bali Barat menghadapi aksi pembalakan liar oleh sekelompok masyarakat.

Seperti diketahui, berdasarkan data dari UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Barat pada 2018 terdapat total 38 ribu ha hutan lindung yang berada di Jembrana yang terdiri hutan lindung 34.000 ha, produksi terbatas 2.300 ha dan hutan produksi 63 ha.

Dari jumlah tersebut, sekitar 109 ha kritis karena illegal logging dan alih fungsi hutan.

Dalam hutan juga terbagi dua, yakni blok inti dan blok pemanfaatan.

Blok pemanfaatan ada pengelolaan bersama masyarakat dengan skema perhutanan sosial, yakni hutan desa pengelolaan bersama masyarakat izinnya yang memberikan Menteri Lingkungan Hidup pada pemerintah desa yang jumlahnya sebanyak 8 desa mendapat surat keputusan (SK).

“Itu kan ada kebijakan pemerintah pemanfaatan kerjasama dengan kelompok petani hutan, KTH. Jadi mereka boleh menanam, memanfaatkan lahan di bawah, tapi tidak dengan menebang pohon. Ini kadang-kadang disalahgunakan, malah pohonnya ditebang. Jadi sulit memantau kalau aparat desa tidak memantau, Babinsa, Binmas, pecalang,” ujarnya.

Namun, menurut mantan Wakil Ketua DPRD Jembrana pihaknya menyebut pembalakan tersebut bagai buah simalakama, mengingat masyarakat yang melakukan pembalakan tersebut melakukannya akibat bagian dari upaya bertahan hidup di tengah impitan ekonomi, khususnya di masa pandemi.

“Kedua, penahan air di hutan itu sudah tidak maksimal, dengan banyaknya pembalakan liar masyarakat. Ini benang merahnya bagaimana. Mereka itu kan hidup di pinggir hutan. Pasti bergantung pada apa yang ada di hutan kan itu. Ini kan terkait soal ekonomi. Isi perut masyarakat,” paparnya.

Sehingga, pihaknya mendorong agar pemerintah, baik pusat maupun daerah, turun langsung dengan memberdayakan masyarakat dengan memberikan berbagai pelatihan ataupun modal usaha dan kesempatan kerja kepada warga.

Baca juga: Diguyur Hujan Deras, Sejumlah Rumah di Dusun Cemara Landung Bangli Tertutup Material Longsor

Hal ini menurutnya sebagai bagian dari mencegah masyarakat kembali melakukan aksi pembalakan hutan.

“Solusinya apa masyarakat ini harus diberdayakan, mencari sumber kehidupan dengan tidak merusak hutan,” ungkapnya.

Selain itu, pihaknya mendorong agar pemerintah dalam menjaga kelestarian hutan juga ikut melibatkan masyarakat, khususnya masyarakat adat di sekitar kawasan hutan. (ang/rtu/gil)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved